Surat Gembala Pra-Paska 2015 Keuskupan Palangka Raya

 KEUSKUPAN PALANGKA RAYA

SURAT GEMBALA PRA-PASKA 2015 KEUSKUPAN PALANGKA RAYA

(0). Pengantar

Saudara-saudari seiman yang terkasih, semoga kasih karunia Allah dalam Diri Yesus Kristus menyertai kita semua. Kita memasuki lagi masa Pra-Paska, masa pertobatan melalui doa, pantang dan puasa. Aksi Puasa Pembangunan 2015 tingkat Surat Gembalanasional bertema: POLA HIDUP SEHAT DAN BERKECUKUPAN. Keuskupan Palangka Raya mengambil subtema: Dengan pola hidup sehat dan berkecukupan, kita mempersiapkan masa depan yang lebih baik untuk keluarga. Tahun ini pula di Roma diadakan sinode para uskup sedunia dengan tema „Hidup keluarga“. Tema dan subtema ini masih dalam rangkaian tema besar „Mewujudkan Hidup Sejahtera“ yang dipakai tahun 2012-2016.

Hidup sehat dan berkecukupan memang merupakan syarat utama untuk bisa hidup sejahtera. Orang beriman Katolik memahami kesejahteraan sebagai hidup dalam kebenaran, damai, kasih dan sukacita. Melaui doa, derma dan puasa kita mengusahakan hidup sehat dan berkecukupan baik dalam segi rohani maupun jasmani.

(1). Hidup sehat dan berkecukupan menjadi keinginan dan dambaan setiap orang

Kalau orang ditanya tentang apa yang secara nyata diinginkan untuk berbahagia dalam hidup sehari-hari, maka kebanyakan akan menjawab: hidup sehat dan berkecukupan. Dua hal ini kiranya sangat mehidup sehatnentukan kebahagiaan hidup siapa saja. Keinginan ini merupakan hal yang wajar, dan dambaan untuk hidup sehat dan berkecukupan ternyata sudah dirindukan orang banyak sejak dahulu. Pertanyaannya adalah: bagaimana hidup sehat dan berkecukupan itu bisa dicapai? Apa sebenarnya yang dimaksud dengan istilah “sehat dan berkecukupan”.

Pertanyaan itu bisa kita renungan selama masa Pra-Paska ini. Lebih dari itu, kita sebagai umat beriman bukan hanya merenungkan, melainkan berjuang untuk mewujudnyatakannya dalam hidup sehari-hari. Hidup sehat dan berkecukupan tentunya meliputi semua bidang kemanusiaan, baik rohani, maupun jasmani. Segi jasmani menyangkut segi-segi fisik, yang juga terkait dengan hal-hal sosial-ekonomi, pendidikan, keadilan, kedamaian, dll. Untuk bisa mengalami hidup sehat, perlu orang mengikuti pola hidup yang menunjang; demikian pula untuk hidup berkecukupan harus dipenuhi pelbagai kebutuhan pokok maupun keperluan-keperluan tambahan lainnya, seperti kebutuhan untuk kebugaran, rekreasi, hiburan, dll.

Memang tidak mudah untuk menentukan sehat-tidaknya seseorang; dan mengukur secara persis tercukupinya kebutuhan sehari-hari. Setiap orang, tergantung dari umur, latar belakang pendidikan, keluarga, keadaan sosial-ekonomi, bisa memiliki pengertian dan ukuran yang berbeda-beda. Karena itu diperlukan pemahaman yang memadai tentang hidup sehat dan berkecukupan.

(2). Pengertian tentang hidup sehat dan berkecukupan

Sakit dan penderitaan merupakan lawan dan halangan untuk hidup sehat. Pelbagai macam usaha dilakukan untuk mencapai hidup sehat dan mengatasi segala penyakit dan penderitaan, sebab sehat adalah suatu hal yang sangat penting dan mahal harganya bagi kita. Umumnya dikatakan bahwa kita dapat sehat dengan mengatur pola hidup sebaik mungkin. Kesehatan juga menyangkut soal kesejahteraan badaniah, (fisik) dan kejiwaan. Hal itu tentu tak lepas dari situasi sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup secara produktif dan kreatif serta membawa hasil ekonomis yang mencukupi. Diperlukan gaya hidup yang memberdayakan dengan hasil maksimal, baik dari yang sudah dimilikinya maupun dari lingkungan yang membangun dan mewujudkan kesejahteraan hidup. Pola hidup sehat umumnya dapat diusahakan dengan melakukan kegiatan olah raga jasmani, secara terus menerus, berkesinambungan secara seimbang. Kesehatan dan kesejahteraan fisik ini menjadi dasar untuk kesehatan jiwa dan rohani. Pepatah mengatakan: Mens sana in corpore sano, jiwa yang sehat ada dalam badan yang sehat). Sedangkan sehat dan berkecukupan dalam bidang rohani dapat diusahakan melalui pendalaman Kitab Suci, meditasi, aktif dalam perayaan-perayaan liturgi dan doa-doa menurut tradisi Katolik.

(3. Tantangan dan tanggapan iman)

Di jaman modern ini hidup sehat dan berkecukupan mendapat tantangannya dari gaya hidup konsumerisme. Manusia sering tidak mudah untuk mengatakan „cukup“ terhadap tawaran duniawi, sehingga memunculkan gaya hidup konsumerisme. Gaya hidup ini mengejar   kenyamanan hidup, tak mau susah-susah, boros terhadap segala macam tawaran, tanpa secara kritis mempertimbangkan penting tidaknya barang-barang itu bagi kehidupan kita. Kenikmatan yang dikejar, sampai-sampai hati nurani menjadi tumpul, sehingga tidak memedulikan orang lain; mementingkan diri sendiri (egoisme), bahkan menjadi tamak dan loba, tidak lagi mau memikirkan orang-orang miskin dan berkekurangan. Dalam istilah Kitab Suci konsumerisme kiranya bisa dimasukkan ke dalam kategori keinginan daging: „Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera. (Rom 8:6).

Dari sinilah muncul budaya korupsi, mengejar harta dengan cara yang tidak jujur dan jalan yang tidak halal, melanggar hukum Negara dan perintah Allah. Muncul pula tindakan kriminal seperti judi, pencurian, perampokan, pemerasan dan perlakuan tidak adil terhadap orang lain. Masa pantang dan pusasa diharapkan dapat menjadi jalan dan sarana untuk masuk ke dalam pengalaman rohani yang menghasilkan buah-buah Roh dan memperteguh iman untuk berani berserah pada Allah. Dan “buah-buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri”. (Gal 5:22-23)

Membangun pola hidup sehat dan berkecukupan bisa menjadi salah satu gerakan untuk mengatasi tantangan gaya hidup konsumerisme dan tindakan-tindakan kriminal yang berakar pada kerakusan dan egoisme. Dengan lain kata pola hidup sehat dan berkecukupan memiliki sasaran dan tujuan untuk membangun dan mewujudkan pembaharuan iman umat. Hal itu nampak dalam: (1). menghargai dan menghormati orang lain sebagai pribadi yang menjadi tanda dan sarana untuk membangun hubungan-dengan Allah dan alam semesta demi terwujudnya kesejahteraan bersama. (2). Membaharui perilaku hidup yang manusiawi, memperjuangkan keadilan, kebenaran, kejujuran dan kasih; dengan tetap menjaga, memelihara dan membangun lingkungan hidup yang baik dan berkelanjutan. (3). Membangun dan mewujudkan tanggungjawab atas keutuhan manusia secara rohani dan jasmani yang diciptakan sebagai citra Allah dengan hidup saling berbagi satu dengan lainnya. “Sebab itu marilah kita mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun”. (Roma 14:19)

(4). Tindakan nyata untuk melaksanakan APP

APP tidak aka ada dampak dan manfaatnya kalau tidak disertai aksi dan tindakan nyata. Beberapa tindakan ini bisa dilaksanakan baik secara pribadai maupun bersama, dan bisa dikembangkan menurut situasi yang ada di tempat masing-masing:

  1. Gerakan pemanfaatan lahan: kebun dan pekarangan secara optimal, agar berhasil guna sebesar-besarnya.

Manusia menjadi pusat dan puncak dari seluruh ciptaan Allah, dan memberinya kuasa untuk mengolah dan mengelola seluruh ciptaan demi kesejahteraan dan keberlangsungan hidupnya. Memanfaatkan lahan: kebun, pekarangan atau lahan tidur bisa menjadi pengungkapan dan perwujudan nyata atas iman dan tanggungjawab atas kuasa yang diberikan oleh Allah kepada manusia. Pengolahan pekarangan, kebun dan lahan tidur dapat juga menjadi bagian dan usaha untuk membangun pola hidup sehat dan membawa perkembangan ke arah hidup berkecukupan.

  1. Gerakan “Bersih-bersih demi sehatnya lingkungan”.

Budaya membuang sampah sembarangan memang tidak mudah untuk diatasi. Akibatnya sampah berserakan di mana-mana. Gerakan untuk bersih-bersih lingkungan bisa menjadi pendukung terwujudnya pola hidup sehat dan pemanfaatan sampah untuk pupuk atau mendaur ulang menjadi barang layak pakai atau layak jual bisa membawa ke arah hidup berkecupan. Bersih dan sehat lingkungan menjadi sarana untuk menghormati dan merawat ciptaan, seperti diamanatkan oleh Sang Pencipta. Ada ungkapan yang bagus: “Sampah, apabila dipilah-pilah dan diolah, bisa menjadi rupiah, dan itulah berkah dari Allah”.

  1. Menghemat dan tidak membuang sisa makanan

Membuang sisa makanan merupakan kebiasaan yang kurang terpuji, mengingat masih banyak orang kekurangan pangan, kelaparan atau gizi buruk. Memanfaatkan sisa makanan dan mengolahnya untuk jenis makanan lain atau untuk pakan ternak merupakan salah satu usaha yang bisa menjadikan hidup manusia semakin berkecukupan. Menghemat dan tidak membuang makanan bisa menjadi sarana menumbuhkan budaya solidaritas bagi yang miskin dan berkekurangan.

Penutup

Marilah kita membiasakan menjalani pola hidup sehat, baik jasmani maupun rohani. dengan memupuk iman dan mengusahakan kesejahteraan. Kegiatan dan gerakan yang menjadikan tubuh sehat bisa dilakukan dengan pelbagai macam olah raga, rekreasi, hidup teratur dalam bekerja dan beristirahat, serta kegiatan lainnya. Memupuk iman dapat kita lakukan dengan mengikuti pelbagai kegiatan gerejawi, baik pada tingkat stasi, lingkungan, paroki dan keuskupan. Kegiatan rohani itu bisa berupa: pendalaman iman atau Kitab Suci, ikut kegiatan kelompok kategorial, membaca Kitab Suci, buku Riwayat Hidup Orang Kudus, Santo dan Santa, dll.

Selamat berpantang dan berpuasa dengan mengusahakan pola hidup sehat untuk mengarah kepada kesejahteraan yang menjadikan hidup keluarga kita di masa mendatang semakin baik. Tuhan memberkati.

Palangka Raya, 02 Februari 2015

(Pesta Yesus Dipersembahkan di Bait Allah)

+ Mgr. A.M.Sutrisnaatmaka MSF

(Uskup Palangka Raya)

 

PERATURAN PANTANG DAN PUASA DALAM GEREJA KATOLIK

  1. Waktu/masa puasa: hari Rabu Abu, 18 Februari dan Jumat Agung 03 April 2015. Sedangkan kewajiban untuk pantang adalah: hari-hari Jumat lainnya selama masa Pra-Paska.
  2. Maksud dan arti pantang: tidak makan daging, atau makanan lain (jajanan) yang bisa ditentukan secara pribadi atau bersama (dalam keluarga, komunitas biara), atau mengurangi gula atau garam atau tidak merokok. Diwajibkan untuk yang berusia 14 tahun ke atas.
  3. Maksud dan arti puasa: mengurangi porsi makan dan hanya makan kenyang satu kali sehari. Puasa ini berlaku untuk orang yang genap berusia 18 tahun sampai umur 60 tahun.
  4. Hasil Aksi Puasa Pembangunan seluruhnya disetorkan ke Keuskupan: 70% akan diteruskan untuk karya PSE di Keuskupan dan 30% akan disetorkan ke DSAK (Dana Solidaritas Antar Keuskupan) di KWI.

Palangka Raya, 02 Februari 2015

(Pesta Yesus Dipersembahkan di Bait Allah)

+ Mgr. A.M.Sutrisnaatmaka MSF

(Uskup Palangka Raya )

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *