RAKER KEUSKUPAN PALANGKA RAYA 2019: “Dibaptis dan Diutus: Gereja Kristus dalam Misi di Dunia.”

ALUR RAKER KEUSKUPAN PALANGKA RAYA 2019:

 “Dibaptis dan Diutus: Gereja Kristus dalam Misi di Dunia.”

Perkenalan peserta Raker dari Dekenat Muara Teweh

Raker Keuskupan dibuka pada hari Senin, 7 Oktober 2019, pkl. 16.30 dengan acara perkenalan yang dimulai dari staf Keuskupan, Dekenat Kobar, Dekenat Kotim, Dekenat Palangka Raya dan kelompok-kelompok kategorial, Dekenat Buntok, Dekenat Muara Teweh. Dalam Raker ini sebanyak 13 frater TOP-er dan seorang suster menjadi notulis. RD. Gatot menjelaskan acara dari awal hingga selesai Raker, pembagian tugas liturgi serta informasi-informasi yang terkait dengan hal-hal teknis lainnya. Tercatat 149 peserta Raker yang hadir. Para peserta terdiri dari para pastor paroki, utusan umat setiap paroki, utusan biara-biara dan kelompok-kelompok kategorial.

Uskup, Karyawan/ti Keuskupan memperkenalkan diri dihadapan peserta Raker

Pengantar Raker oleh Bapak Uskup. Ada dua pengantar yang disampaikan yakni pengantar umum dan pengantar tema. Pengantar umum berisi mengenai informasi kegiatan-kegiatan akhir ini dengan adanya program untuk membangun catholic centre, pembukaan SMAK dan pemekaran paroki baru, peresmian Kapel Ascensio yang menandai lengkapnya fasilitas untuk kegiatan-kegiatan di Keuskupan: Perpas, Raker, pertemuan –pertemuan pelbagai macam kelompok, Komisi dan Pembinaan Iman lainnya. Peresmian itu dilanjutkan dengan sosialisasi Spiritualitas Ascensio pada waktu kenaikan Tuhan. Belum semua pastor dan tokoh-tokoh umat bisa hadir pada waktu pendalaman pada 30 Mei 2019 lalu. Kiranya masih perlu untuk waktu-waktu mendatang rekoleksi itu diadakan lagi agar pusat dan inti Spiritualitas Keuskupan Palangka raya makin mengakar pada pada karya-karuya pastoral kita, baik petugas tertahbis maupun non tertahbis.

Tema Raker 2019 adalah “Dibaptis dan Diutus: Gereja Kristus dalam Misi di Dunia.” Tema ini diambil dari tema peringatan Bulan Misi Luar Biasa dan bertepatan dengan 100 tahun diterbitkannya Surat Apostolik Maximum Illud. Tema tersebut dipresentasi oleh mereka yang ikut Kongres Misi Nasional. Dilanjutkan dengan diskusi kelompok, rekomendasi dan tindak lanjut. Diharapkan bulan misi luar biasa ini akan bisa bergaung dalam tindakan nyata ke paroki-paroki. Harapannya: seluruh umat terlibat dan ikut ambil bagian dalam Misi Gereja dengan pelbagai bentuk dan caranya masing-masing sehingga Gereja berkembang baik secara kuantitas maupun secara kualitas. Selain tema, akan ada laporan dari komisi-komisi, kelompok-kelompok kategorial dan lembaga-lembaga Keuskupan.

Perayaan Ekaristi pembuka dipimpin oleh Vikjen Keuskupan Palangka Raya, RD. Silvanus Subandi. Dalam homilinya, Pastor Subandi mengingkatkan para peserta akan misi perutusan di tengah dunia. Misi perutusan berasal dari Allah. Manusia berpartisipasi dalam misi tersebut. Pada awal homili, Ibu Dedeng dari paroki Puruk Cahu menyanyikan lagi Karungut yang mengajak peserta untuk setia berdoa dan beribadat.

Sesudah makan malam dilanjutkan dengan pengantar bahan tema Misi oleh bapak uskup. Poin-poin yang diuraikan adalah mengenai latar belakang Kongres Misi, maksud dan tujuan Kongres Misi, alur Kongres Misi, apa yang diharapkan dari Kongres Misi, definisi karya misioner dan kriteria sebuah karya disebut sebagai karya misioner. Bapak uskup juga menampilkan pesan Paus Fransiskus untuk kongres misi Nasional, 1-4 Agustus 2019 di Jakarta.

Hari Kedua, 8 Oktober 2019. Sesi Kedua, nara sumber RP. Hyasintus Ikun, CMF dan RD. Silvanus Subandi memaparkan hasil kongres Misi 2019 yang diselenggarakan oleh Komisi KKI/KKM KWI. Kongres Misi ini bukan saja untuk menanggapi Rencana Perayaan Bulan Misi Luar Biasa dan Perayaan 100 tahun Surat Apostolik Maximum Illud, yang diserukan Paus Fransiskus melainkan juga sebagai sebuah aksi untuk menanggapi situasi dan realitas gerak Misi dan Missioner Gereja Indonesia.

Situasi dan realitas gerak misi dan misioner Gereja Indonesia dapat diformulasikan sebagai berikut: Rendahnya Kesadaran Missioner pada kebanyakan Warga Gereja Terbaptis”. Situasi ini justru menjadi energy positif bagi Gereja Indonesia untuk mengangkat suatu gugatan Positif: “bagaimana membangkitkan kembali kesadaran serta gairah missioner yang menjadi diri Gereja, sehingga setiap kaum terbaptis hadir dan berkarya di tengah dunia sebagai murid-murid Kristus yang diutus?” Dengan demikian, pemahaman warga Gereja tentang tugas missioner menjadi berkembang dan bukan diserahkan kepada Kaum Tertahbis dan Para Biarawan-biarawati saja, melainkan melibatkan semua warga terbaptis.

Melihat apa yang menjadi persoalan Gereja Indonesia dalam kaitan dengan gerak dan gairah Missioner Gereja, maka Kongres Misi yang telah diselenggarakan pada tanggal 1-4 Agustus 2019 ingin menggapai 2 tujuan. Pertama, kesadaran dan gairah Missioner Gereja Indonesia terbangkitkan kembali. Semangat dan karya misi hendaknya menjadi denyutan iman setiap warga terbaptis. Kedua, semua persoalan dan tantangan harus diubah menjadi peluang – peluang. Dari berbagai peluang yang ada ditemukan model serta metode baru dalam bermisi menurut wajah Gereja Indonesia, baik di masa kini maupun di masa depan.

Berhadapan dengan tantangan-tantangan yang dihadapi, Gereja Indonesia, terutama Keuskupan hendaknya mencari peluang dan kesempatan untuk membangun Gerak Pastoral dan missioner Gereja sebagai jawaban atas persoalan yang ada, untuk memenuhi kebutuhan iman umat.

Berdasarkan pemaparan materi tersebut, para peserta mendiskusikan petanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh nara sumber sebagai langkah awal untuk merumuskan rekomendasi yang akan dilanjutkan dalam gerak langkah missioner kesukupan. Peserta diskusi dibagi dalam kelompok Dekenat, kelompok-kelompok kategorial dan Orang Muda Katolik. Hasil diskusi diplenokan dan dirangkum oleh panitia serta dipresentasikan kepada para peserta untuk diperdalam.

Perayaan Ekaristi dipimpin oleh RD. Yosep Uje Hurit. Dalam homily, RP. Vitalis,CP mengingatkan peserta untuk memiliki sikap mendengarkan. Sebagai pewarta sabda Tuhan hendaknya kita memiliki semangat untuk mendengarkan Yesus. Orang yang mendengar dengan benar akan bertindak benar pula.

Diskusi kelompok peserta Raker membicarakan aksi nyata dalam rangka Bulan Misi luar biasa 2019

Hasil diskusi dan pleno dari peserta dirumuskan dalam rekomendasi. Pertama, Setiap bulan oktober dirayakan sebagai bulan misi. Namun tahun ini dirayakan sebagai misi luar biasa. Oleh karena itu, masing-masing paroki menghubungkan perayaan misio canonika dan tahbisan diakon sebagai titik tolak mencari tenaga pastoral dan tenaga tertahbis. Apa yang bisa dibuat oleh masing-masing paroki sebagai bentuk aksi panggilan untuk mencari tenaga awam dan tenaga tertahbis. Hal tersebut dimulai dari keluarga. Komisi-komisi terkait (Komkep, Komsos, KKI) ikut mendukung program ini. Kedua, Mengadakan kursus evangelisasi pribadi dan kaderisasi bagi katekis dan pengurus umat. Ketiga, Katekese dalam dunia digital. Keempat, Pembinaan iman umat dan katekese. Kelima, Para Deken bertanggung jawab mengingatkan paroki-paroki akan pelaksanaan program bulan misi luar biasa yang dibuat paroki masing-masing dan mengkoordinir pengumpulan program serta diserahkan kepada sekretariat.

Hari ketiga, dimulai dengan sesi laporan perkembangan paroki ke-24 (Saripoi), 25 (Wayun palurejo) dan 26 (Pangkalan Banteng-Pir Desa V) serta usulan rencana pemekaran paroki ke-27.

Paroki Saripoi baru (ke-24) sedang berusaha untuk berkembang menjadi paroki mandiri. Pastor paroki pelan-pelan membina iman umat dengan melibatkan umat dalam gerak pastoral. Pertemuan rutin setiap bulan untuk mengarahkan umat, mengutarakan persoalan dan mencari solusi dilaksanakn. Hasilnya umat dan pastor belajar untuk saling memahami dalam usaha menuju Gereja yang Manidiri, misioner dan peduli lingkungan. Pastor paroki melibatkan umat dalam segala hal dan semua usia. Umat merasa memiliki Gereja dan muncul kesadaran untuk terlibat aktif.

Program-progam yang sudah dan sedang dijalankan di Paroki Wayun-Palurejo yakni membangun pelayanan dengan berjalan bersama, menemani dan menyembah. Kunjungan rutin tematis, pendampingan kelompok kategorial, formasi berkala pengurus Gereja; sekolah Kitab Suci berkala yang berkelanjutan. Perhatian pada masalah-masalah pendidikan. Pastoran menjadi rumah singgah bagi anak-anak untuk kaum muda untuk belajar. Peningkatan ekonomi: pendampingan managemen ekonomi keluarga, pengelolaan keuangan. Program memasuki paroki mandiri tahun 2020. Strategi: mengoptimalkan pengurus gereja, kunjungan umat tematis, pendampingan kelompok ketegorial. Pembagian tugas sesuai komisi dan evaluasi tugas setiap tahun. Rencanan tahunan paroki adalah rencana DPP bukan rencana pastor. Pastor mengadakan pertemuan dengan ketua-ketua lingkungan. Rencananya akan diadakan sosialisasi vademecum pastoral Keuskupan.

Peresmian paroki Pir Desa V-Pangkalan Banteng terjadi pada tanggal 26 Mei 2019, hasil pemekaran dari Pangkalan Bun dengan St. pelindung YP II. Ada 9 stasi dengan jumlah umat 3520 jiwa. Kelompok-kelompok kategorial sangat hidup. Paroki dilayani oleh 2 pastor dan para suster SSpS. Mayoritas umat berasal dari NTT, Jawa, Sumatera yang berprofesi sebagai buruh sawit dan petani karet. Pastor masih menumpang di rumah suster karena belum ada pastoran. Ada beberapa calon imam dan suster dari paroki ini. Paroki mendapat 9 katekis lulusan Stipas yang menyebar di beberapa stasi. Administrasi paroki masih dilakukan sendiri. DPP akan dilantik 17 November 2019. Pelayanan rutin, pendampingan kelompok-kelompo kategorial. Masalah yang dihadapi: managemen ekonomi, masalah pendidikan, masalah perkawinan, persatuan di antara umat. Perkembangan iman umat bagus, banyak umat yang ikut misa pagi.

Laporan & sharing pemekaran paroki Baru

RP. Forgione, OFMCap memaparkan rencana pemekaran paroki ke-27 dari Paroki Raja semesta Alam Nanga Bulik. Saat ini Paroki melayani 6 kecamatan, dengan 35 stasi dan 19 tempat pelayanan di perusahaan. Dengan jumlah umat katolik kurang lebih 8527 jiwa. Mengingat luasnya wilayah pelayanan dan guna mengefektifkan karya pastoral paroki, dipandang perlu untuk memekarkan paroki. Ada dua wilayah rencana pemekaran yakni wilayah satu yang berpusat di desa Bayat dan wilayah dua yang berpusat di desa Toka. Dengan mengkaji kedua wilayah (kekuatan dan kelemahan), maka wilayah 2 dipandang lebih siap untuk dimekarkan menjadi paroki baru. Bapak uskup mengumumkan secara lisan pemekaran paroki Raja Semesta Nang Bulik. Akan menyusul SK tertulis, sambil menunggu ada pastor yang akan bertugas. Untuk itu, paroki Nanga Bulik mulai menyiapkan rencana pemekaran tersebut (wilayah II). Sedangkan wilayah I bisa menjadi kuasi paroki.

Laporan dari lembaga pendidikan STIPAS oleh Ibu Paulin. Pada tahun akademik 2019/2020, terdapat 27 Mahasiswa baru STIPAS yang berasal dari berbagai paroki di wilayah Keuskupan Palangka Raya dan beberapa lainnya dari Kaltim, Kalsel dan Malang. Jumlah keseluruhan mahasiswa STIPAS yang saat ini melaksanakan studi adalah 92 orang mahasiswa. Calon wisudawan/i yang akan dikukuhkan pada hari sabtu, 12 oktober 2019 berjumlah 38 orang. Dilaporkan juga kegiatan-kegiatan selama 2 tahun terakhir.

RD. Romanus Romas melaporkan penyelengaraan dan keberadaan SMAK St. Aloysius dan membagikan brosur untuk dibawa dan disosialisasikan kepada umat. Lahirnya SMAK merupakan jawaban atas kebutuhan umat untuk kaderisasi tenaga pastoral awam. SMAK Santo Aloysius merupakan lembaga Sekolah Menengah Atas berbasis Agama Katolik.

Laporan dari Seminari Raja Damai oleh RD. Bonaventura. Seminari Raja Damai merupakan lembaga pendidikan untuk menyiapkan tenaga-tenaga tertahbis. Mengenai rencana untuk memasukan para seminaris di SMAK, bapa uskup akan membentuk tim yang melibatkan Seminari, SMAK dan Yayasan siswarta untuk membecarakan hal ini.

Apresiasi diberikan kepada komisi-komisi Keuskupan yang sudah membuat program dan menawarkannya ke paroki-paroki. Diharapakan agar Komisi yang belum membuat dan melaksanakan program bisa menindaklanjuti hal ini, sebab jantung dari kegiatan keuskupan ada di komisi-komisi. Sumber dana bisa diakses baik dari pemerintah maupun KWI. Paroki yang masih subsidi dapat mengajukan dana ke KWI untuk melakukan kegiatan di paroki.

            Sore hari dilanjutkan dengan laporan dari panitia PPN Ascensio. Peringatan Pesta Nama (PPN) kapel Ascensio dilaksanakan tanggal 30 Mei 2019. Selama sebulan diadakan serangkaian kegiatan baik berupa pertandingan, perlombaan, seminar spiritualitas Ascensio, penanaman pohon di CC dan puncak acara di Aula Magna. Mengingat perayaan PPN Ascensio yang bertepatan dengan hari raya kenaikan (hari libur nasional), maka pastor-pastor paroki bisa mengatur jadwal agar bisa mengutus salah satu pastor untuk hadir, bagi paroki yang memiliki 2 atau 3 pastor.

Laporan Kelompok Kategorial

            Ada 20 kelompok kategorial yang terdaftar di keuskupan Palangka Raya. Kelompok kategorial ini dihargai dan terus dihidupkan. Imam dan biarawan-biarawati tidak bisa bergerak sendiri tetapi membutuhkan awam. Karya-karya kelompok kategorial menampakkan wajah Gereja dan merupakan kekayaan gereja. Keuskupan diperkaya dengan adanya kelompok-kelompok kategorial. Para pastor paroki diminta mendukung dan menganimasi kelompok-kelompok kategorial.

Perayaan Ekaristi dipimpin oleh RP. Kanis, CSsR, Deken Kobar. Dalam homilinya, RP. Adi Manek, SVD mengingatkan para peserta untuk menyerahkan kehendak dan rencana pada penyelenggaraan Tuhan. Misi dan perutusan kita kadang terasa sulit tetapi kita terus berdoa dan membiarkan Tuhan berkarya agar kita mampu menghadirkan wajah Tuhan yang solider dan berbelas kasih dalam misi dan perutusan kita.

Malam hari dilanjutkan dengan laporan dari LP3KD Provinsi oleh Bp. Fidelis. LP3K (Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pesparani Katolik) dibentuk sebagai wadah kerja sama antara pemerintah dan Gereja. Gereja adalah bagian dari negara untuk mempromulgasikan eksistensinya sebagai anak bangsa. Dalam pelaksanaanya, lembaga ini harus bersinergi dengan Komisi Liturgi. Salah satu instrument untuk mengevalusi program pembinaan dan pengembangan LP3K yaitu dengan Pesparani. Pesparani bukan tujuan tapi sarana pembinaan. Pesparani I di Ambon. Pesparani II akan diadakan di Kupang tanggal 27 Okt – 2 Nov 2020. LP3KD Propinsi telah membentuk panitia persiapan Pesparani II di Kupang. Jumlah peserta Pesparani adalah 231 orang dengan 13 mata lomba. Ada kesulitan dana. Maka, salah satu solusi adalah dalam waktu dekat akan ada pembentukan LP3KD Kabupaten untuk membantu pencarian dana.

Raker hari keempat dibuka dengan laporan dari Tribunal Palangka Raya oleh RD. Thomas Ehe Tukan yang memaparkan perkara-perkara yang sedang diproes saat ini, perkara yang sedang diperbaiki libellus, perkara yang tidak terindikasi cacat, efek perkawinan sipil, perkawinan yang sudah dilibellus dan perkara yang sudah diputuskan. Total perkara selama tahun 2019 sebanyak 51 kasus.

Kriteria kasus perkawinan yang dapat diajukan ke pengadilan Gereja katolik adalah jika perkawinan tersebut sungguh telah menjadi musibah. Tanda-tanda perkawinan bermusibah: Hidup bersama mereka tidak dimungkinkan lagi, misalnya masing-masing sudah hidup bersama dengan pasangannya yang baru, ada bukti publik: surat cerai sipil  atau adat dll. Permohonan gugatan harus memenuhi syarat hukum: yaitu cerita hidupnya harus berdasarkan fakta & ada indikasi cacat hukumnya: adanya halangan, tidak adanya kesepakatan nikah & tidak memenuhi tata peneguhan. Lalu melengkapi dengan bukti dokumen, seperti surat baptis, surat nikah katolik & surat cerai. Setelah menerima Libellus, pengadilan akan mengoreksi & memanggil yang bersangkutan untuk memperbaikinya. Selanjutnya Tribunal akan menjalankan proses selanjutnya.

Sesi selanjutnya adalah Sosialisasi RSBP oleh dr. Kristiawan dan dr. Djono. RSBP memiliki 38 dokter spesialis tetap dan purna waktu. Sejak 1 Maret diberlakukan BPJS di RSBP yang memiliki layanan unggulan yakni: Pelayanan penyakit jantung, Pusat Layanan Kecelakaan Kerja (PLKK), Pelayanan Terpadu kebidanan dan kandungan, Pelayanan trauma dan Orthopedi, Pelayanan stroke. RSBP memiliki beberapa rencana pengembangan yakni, Hemodialisis (cuci darah), Pusat rujukan mata. Hal ini didasarkan pada realitas di RS Palangka Raya belum ada unit ini dan Pelayanan Urologi/ESWI (Alat penghancur batu ginjal). Kalau ada suster, frater, dan pastor yang tidak mampu dalam proses pengobatan bisa langsung bekerjasama dengan dr. Jono.

Laporan dari Karitas Palangka Raya. Selama tahun 2019, Karitas Palangka Raya sudah melaksanakan beberapa kegiatan antara lain: penyusunan, workshop dan simulasi SOP Tanggap Darurat Bencana di wilayah keuskupan Palangka Raya. Karitas menanggapi bencana Kabut Asap bulan Juli-September 2019 dengan memberi bantuan kepada warga terdapak dan bekerja sama dengan RSBP. Diharapkan agar di paroki-paroki menyediakan dana Siaga Tanggap Darurat Bencana.

Mengingat wilayah Palangka Raya merupakan daerah rawan bencana banjir dan kebakaran, maka Karitas Palangka raya perlu menyiapkan relawan yang terlatih. Para relawan ini juga bisa dikirim untuk membantu warga terdampak di wilayah lain, selain pengiriman dana. Untuk itu, dalam rencana tindak lanjut lanjut, Karitas menyusun program penguatan kelembagaan, termasuk para relawan.

Pada sore hingga malam hari, Raker dilanjutkan dengan sesi Perkembangan Catholic Centre (CC) oleh Risma Uli dan Tim. Sejak peletakan batu pertama oleh Nuncio, pengerjaan CC sedang dalam proses kurang lebih dua tahun terakhir ini. Proses dimulai dengan pembukaan lahan, pembuatan bedeng, penanaman pohon, proses pengurusan sertificat tanah, pengurusan IMB.

Perayaan Ekaristi dipimpin oleh RP. Domi, SVD, Deken Kotim. Dalam homilinya, RP. Hary, OCarm mengajak para peserta untuk terus menerus meminta, mencari dan mengetuk. Tuhan tahu apa yang kita butuhkan, tetapi kita juga harus aktif berusaha agar mendapatkan. Satu hal penting yang bisa kita minta adalah Roh Kudus, sebagaimana pesan Yesus dalam Injil.

Setelah makan malam dilanjutkan dengan diskusi mengenai rencana pembangunan Catholic Centre. Terjadi perdebatan hangat dalam sesi ini. berdasarkan analisa bpk Hadi, nara sumber dari sudur pandang Hidrologi, bahwa wilayah catholic centre yang akan dan sedang dibangun tersebut mengandung unsur air yang cukup tinggi terutama pada musim hujan. Oleh karena itu, tawaran yang dianjurkan adalah diuruk, namun hal itu akan memakan biaya yang cukup banyak. Maka  ditawarkan metode  MOK yakni pengendapan air yang disebut dengan Elevasi. Mengenai hal ini, bapak uskup mengatakan bahwa akan dibicarakan dalam Rapat Dewan Keuskupan. Master plan yang dibuat merupakan pedoman dalam melangkah. Hidrologi juga menentukan pembangunan catholic centre.

Hari Kelima, Jumat, 11 Oktober 2019 diadakan Workshop dengan tema ‘STIPAS Tahasak Danum Pambelum – SMAK Santo Aloysius dan Arah Dasar Pastoral Keuskupan Palangka Raya’ di aula Magna. Berdirinya STIPAS dan SMAK merupakan dua sayap pastoral baik yang tertahbis maupun non tertahbis. Kedua sayap ini merupakan ujung tombak karya pastoral Keuskupan. Gereja (Keuskupan Palangka Raya) dan Pemerintah (Pembimas Katolik Kemenag RI Propinsi Kalimantan Tengah) bekerja sama untuk terus meningkatkan dan mengembangkan karya pastoral di Keuskupan Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Lembaga STIPAS dan SMAK perlu meningkatkan berbagai kualitas (dosen/guru, mahasiswa/siswa, kurikulum, lulusan, dll). Masyarakat/umat katolik perlu mendukung, memberi motivasi positif bagi perkebangan lembaga, peserta didik maupun lulusan sehinga menghasilkan tenaga pastoral yang setia dan militan berkarya di keuskupan Palangka Raya.

Sore hingga malam hari acara diisi dengan pertandingan bulutangkis. Pemenang pertandingan bulutangkis kategori ganda putra yakni Dekenat Palangka Raya (I), Dekenat Buntok (II) dan Dekenat Kobar (III). Pemenang kategori Ganda Putri yakni Dekenat Muara Teweh (I), Dekenat Buntok (II) dan Dekenat Palngka Raya (III). Sedangkan lomba mincing ikan terkecil dimenangkan oleh sdr Yohanes (Pir Butong) dan ikan terberat dimenangkan oleh ibu dedeng (Puruk Cahu).

Hari Keenam, Sabtu, 12 Oktober 2019, para peserta menghadiri acara Wisuda Mahasiswa Stipas Tahasak Danum Pambelum Angkatan XIII-XIV di Aula Stipas dengan Orasi Ilmiah dengan judul ‘Sinkronisasi Hukum Kanonik dan Hukum Sipil bagi Penguatan Institusi Pastoral Kateketik’ oleh P. Thomas Ehe Tukan, SS, Lic. Iur. Can.  Malam hari diadakan acara penutupan Raker di Aula Magna. Setiap dekenat menampilkan acara sesuai dengan tema Raker. Kesempatan ini pula diisi dengan pengumuman pemenang pertandingan dan lomba serta pembagian hadiah.

Hari ketujuh, Minggu, 13 Oktober merupakan penutupan Raker yang ditandai dengan misa penutupan di Gereja Katedral oleh Uskup Palangka Raya. Dalam kesempatan tersebut, para wisudawan-wisudawati STIPAS Tahasak Danum Pambelum menerima perutusan ‘Missio Canonica’ sebagai Katekis, pewarta sabda rasul awam dari Uskup Palangka Raya dengan pesan: “Tunaikanlah tugas pelayanan ini seturut tanggung jawab sudah diberikan kepadda kalian, dengan semangat yang berkobar-kobar oleh cinta kasih persaudaraan. Allah kita adalah Allah yang penuh kasih setia. Yakinlah, Ia akan mendampingi dan melindungi kalian semua dalam seluruh proses pelayanan yang akan kalian jalani. Semoga Allah Bapa memberkati kalian dan seluruh tugas pelayanan ini. + Demi nama Bapa, dan Putera dan Roh Kudus.”

RP. Yoseph Pati Mudaj, MSF

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *