Sejarah Paroki Katedral St. Maria Palangka Raya

Pendahuluan

      Paroki St. Maria Palangka Raya diresmikan oleh Mgr. W. Demarteau MSF, uskup Banjarmasin pada tanggal 1 Maret 1963, dengan Pastor Paroki perdananya ialah P. Karl Klein, MSF. Sebelum itu Palangka Raya merupakan stasi dari Paroki Kuala Kapuas, yang dilayani secara bergantian baik oleh Pastor Kuala Kapuas yakni J.V. Hecke maupun pastor-pastor dari Banjarmasin yaitu P. G.H. Borst MSF, P. G. Heyne MSF dan P. Doto Hendro MSF (1961)  dan Pastor Karl Klein MSF, sejak 1962.

Sejarah Singkat

  1. Kearah berdirinya Paroki

Tahun 1955; di Palangka Raya sudah ada beberapa umat katolik diantaranya keluarga Bapak Tjilik Riwut, maGEREJA-KATEDRAL-LAMAntan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Kalimantan Tengah yang pertama. Tahun 1959; Kantor-kantor pemerintah mulai dipindahkan dari kota Banjarmasin ke kota Palangka Raya. Karena itu pegawai-pegawainya yang beragama Katolikpun dengan sendirinya ikut berpindah ke Palangka Raya. Dengan demikian menambah jumlah umat Katolik di Palangka Raya. Pada tahun 1960, umat Katolik mendapat bantuan sebidang tanah seluas 10.000 M2  dari Pemerintah Daerah, tak lama kemudian ada tambahan bantuan tanah seluas 175 M2 . Berkat kerjasama yang baik kemudian mendapat lagi tambahan tanah di jalan H. Oesman Baboe yang kini adalah jalan Tjilik Riwut. Jumlah umat yang masih sedikit dan tempat tinggal yang saling berjauhan tidak menyurutkan niat umat untuk berkumpul dan mengadakan ibadat sabda setiap hari Minggu dipimpin oleh Bapak Prantiyo (Kepala Kanwil P&K) sebagai ketua umat atau Bapak J. Soewardyo (kepala Pendidikan Masyarakat).

Tahun 1961, P. Doto Hendro, MSF dari Jawa bertugas untuk sementara waktu di Palangka Raya. Baru kemudian pada tahun 1963 umat katolik mendapat seorang Pastor yang menetap yaitu P. Karl Klein MSF. Berkat dorongan beliau, umat Katolik waktu itu sanggup mendirikan sebuah Kapel/Gereja Kecil dan mulai dipergunakan sebagai rumah ibadat. Kapel tersebut diberkati oleh Mgr. W. Demarteau MSF pada tanggal 1 Maret 1963 dan sekaligus resmi berdirilah Paroki St. Maria Palangka Raya.

  1. Perkembangan Paroki Selanjutnya.

 Tahun 1965 jumlah umat Katolik sudah mencapai sekitar 200 jiwa. Karena itu kapel tersebut tidak mampu lagi menampung ugereja-katedral-palangkarayamat Katolik sejumlah itu, maka muncul gagasan dari umat untuk membangun sebuah gedung gereja baru. Gagasan ini akhirnya terwujud pada tahun 1965 peletakan batu pertama. Letak batu pertama tersebut di sebuah tembok segi empat di sebelah kanan altar dan di dalamnya juga diletakkan dokumen pembangunan pendirian Gereja. Arsitek bangunan Gereja ini adalah Br. Longinus MSF sesuai dengan pesan Bapak Tjilik Riwut untuk memasukkan unsur angka 17, 8 dan 45. Kemudian angka ini diwujudkan  dalam bentuk 17 tiang gereja, segi delapan merupakan bentuk gereja dan tegel pertama altar berjumlah 45 buah.

Pada tanggal 03 April 1967, Gereja Paroki Santa Maria (sekarang gedung serba guna) diberkati dan diresmikan penggunaannya oleh Mgr. W. Demarteau MSF. Pada tahun ini pula dibuka SD Katolik St. Don Bosco dan SMP Katolik St. Paulus di kompleks Gereja Katolik. Seiring dengan datangnya para suster Fransiskanes dari Dongen (SFD) di Palangka Raya, tanggal 20 Desember 1971, maka pada tanggal 01 Februari 1972 Yayasan Santa Maria Banjarmasin, mendirikan TK Katolik Sinar Surya di Palangka Raya dengan menggunakan gedung bekas Kapela.  Sr. Anita SFD sebagai guru dan Kepala Sekolahnya. Pada tanggal 03 Desember 1980, Sekolah Menengah Atas Katolik St. Petrus Kanisius berdiri dibawah Yayasan Dandan Kahayan Palangka Raya berlokasi di komplek Gereja Katolik.

 Setelah sekian lama  (th. 1955 s.d. 1984) wilayah paroki ini dilayani oleh para pastor dari Kongregasi Missionaris Keluarga Kudus (MSF), oleh Mgr. F.X. Prajasuta MSF (Uskup Banjarmasin) pelayanannya diserahterimakan kepada kongregasi Serikat Sabda Allah (SVD) pada bulan September 1984 dengan Pastor Parokinya P. Clemens Cletus da Cunha SVD, didampingi P. Gabriel Kalen Wujon SVD.  Jumlah umat katolik saat itu mencapai ± 1.180 jiwa. Untuk mengatasi masalah kekurangan tenaga Guru Agama Katolik di Keuskupan Banjarmasin (Kalsel-Teng), maka pada tanggal 21 Juli 1985, dibuka PGA Katolik Tahasak Danum Pambelum. P. Gabriel Kalen Wujon SVD sebagai pimpinannya. Pada waktu yang sama, atas permohonan Bapak Uskup Banjarmasin datang 3 orang suster SSpS dari Flores.

Pada tahun ini pula datang 2 orang pastor SVD, P. Norbert Betan SVD dan P. Raymundus Rede Blolong SVD dengan demikian pada tahun yang sama juga dimulai pemekaran wilayah kerja, agar karyanya lebih intensif dan mantap. Maka wilayah paroki St. Maria Palangka Raya dimekarkan menjadi:

  1. Paroki Kota Palangka Raya dengan kring/lingkungannya dan stasi terdekatnya, Kalampangan dan Tangkiling.
  2. Stasi di Jalur Sungai Kahayan Hulu.
  3. Stasi di Jalur Sungai Kahayan Hilir.
  4. Stasi di Jalur sungai Katingan
  5. Stasi di jalur sungai Rungan dan Manuhing.

Pada tahun 1986 stasi-stasi seperti tersebut diresmikan menjadi paroki-paroki administratif, kecuali stasi Rungan dan Manuhing. Kebutuhan akan sarana pelayanan kesehatan yang sangat dirasakan, maka dipandang perlu untuk mendirikan Poliklinik. Maka pada tahun 1986 didirikan poliklinik “Panduhup” yang berarti ‘Penolong’ di Komplek Gereja Katolik. Poliklinik ini milik yayasan Dandan Kahayan dan sebagai penanggungjawab adalah dr. Djono Koesanto.

Seiring dengan berjalannya waktu, umat Palangka Raya semakin berkembang baik dalam jumlah umat maupun dalam karya-karyanya. Dengan dikeluarkannya SK dan diumumkannya oleh Tahta Suci, bahwa Kalimantan Tengah menjadi Keuskupan, dengan sebutan Keuskupan Palangka Raya dan Mgr. J.A. Husin MSF sebagai uskupnya, maka Paroki ini menjadi Paroki Katedral Santa Maria Palangka Raya. Karena perkembangan jumlah umat yang pesat, maka gereja yang ada (sekarang gedung serba guna) tidak mampu menampungnya lagi, serta kondisi bangunan yang sudah tua serta sarana yang tidak memadai lagi, maka dalam pertemuan antara Mgr. J.A. Husin MSF dengan Dewan Paroki Katedral St. Maria pada tanggal 02 Februari 1994, muncul gagasan Pendirian Gereja Katedral baru. Akhirnya gagasan tersebut diwujudkan dengan diterbitkannya SK No. 139/KP-PPGK/V/1994, tentang Pemben-tukan Panitia Pembangunan Gereja Katedral tertanggal 28 Mei 1994 Oleh Mgr. J. A. Husin MSF.  Peletakan Batu pertama oleh P. Martin M. Anggut SVD pada tanggal 28 Mei 1995 dan diresmikan oleh Bapak Gubernur Kalimantan Tengah, Warsito Rasman dan Administrator Apostolik Palangka Raya Mgr. Florensius Sidot OFMCap pada tanggal 21 Maret 1999. Kemudian Gereja Lama dialihfungsikan menjadi gedung serba guna berdasarkan Surat Edaran No.SE/K-II/PGL-01/03 tentang keputusan pemanfaatan Gedung Gereja lama di Komplek Katedral yang ditetapkan di Palangka Raya pada tanggal 1 Januari 2003 oleh Uskup Palangka Raya Kalteng,  Mgr A.M. Sutrisnaatmaka MSF dan diadakan misa desakralisasi pada tanggal 2 Maret 2003.

Wilayah, Jumlah Umat dan Tenaga Pastoral serta Karyanya

Secara Geografis Paroki St. Maria Palangka Raya terletak dalam wilayah Pemerintah Kota Palangka Raya dengan luas wilayah ± 2.400 km2 atau 1,56 % dari luas Kalimatan Tengah. Data awal tahun 2003 : jumlah stasi: 4 stasi, 12 lingkungan dan jumlah umat 2.970 jiwa. Tenaga Pastoral yang berkarya Para Pastor yaitu P. Lukas Huvang Ajat MSF sebagai Pastor paroki dan P. Agustinus Sunaryo SVD sebagai Pastor Pembantu/kapelan; para suster SSpS, SFD, SND, SPC, PI dan OCarm serta para katekis.

Pastor yang pernah berkarya di paroki sejak tahun 1963 sampai dengan awal tahun 2003 berjumlah 24 Pastor diantaranya P. Karl Klein MSF, F. Jahn MSF, P. A. Sumartasetyaka MSF P. Norbert Betan SVD, P. Martin M. Anggut, SVD, P. Frieds Meko SVD, P. Stanis Ograbek SVD. Sebagai wadah kegiatan umat ada beberapa perkumpulan pembinaan diantaranya Muda-Mudi Katolik,  Ibu-ibu Paroki/Gereja, dll. Kemudian organisasi katolik yang bersifat ormas, PMKRI dan WKRI.  Bidang karya Pelayanan Paroki diantaranya adalah adanya Pembinaan Iman Anak-anak melalui kegiatan SEKAMI dan MISDINAR, Mengusahakan adanya inkulturasi peribadatan, peningkatan devosi (penghormatan khusus), pendalaman Kitab Suci di lingkungan-lingkungan, dll.

Mengenai perkembangan dan gambaran prospek/harapan masa depan Paroki ini dapat diandalkan karena tanggapan umat dalam/untuk hidup menggereja sangat tinggi dan tiap tahun katekumen semakin bertambah.

You may also like...

1 Response

  1. adry yanto saputra says:

    romo Gatot apakah saya boleh minta data dari Paroki Katedrat st. Maria Palangka
    Bagimana kehadiran katekis di tengah umat ?
    Apa yang dilakukan katekis dalam dialog karya?
    Apa yang dilakukan katekis dalam dialog iman (pewartaan ditengan umat bergama lain) ?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *