LIVING IN SUSTAINABLE ENVIRONMENT

Abstrak

Sejak terjadinya Revolusi Industri, manusia modern berlomba – lomba untuk mencapai kemajuan yang setinggi-tingginya. Segala sesuatu diproduksi secara massal dengan memanfaatkan sumber daya alam semaksimal mungkin untuk memenuhi segala kebutuhan manusia modern. Elemen di alam semesta sendiri terdiri dari dua jenis, yang terbaharukan dan tidak terbaharukan. Kedua elemen ini bila dipergunakan secara maksimal tanpa memperhitungkan kemampuan alam untuk memperbaharui diri, tentunya akan mengakibatkan bencana bagi manusia itu sendiri. Alam akan mengalami perubahan perilaku dan manusia dipaksa untuk beradaptasi dengan kondisi alam yang semakin lama semakin tidak menentu.

Manusia modern akhirnya mulai menyadari akan keadaaan ini, keadaan yang tidak seimbang antara alam dan tuntutan kebutuhan hidup manusia. Sehingga muncul suatu gerakan gaya hidup yang berusaha membuat suatu kondisi yang seimbang dan harmonis dengan alam sekitar. Gaya hidup baru dimana manusia berusaha seminimal mungkin membuat dampak negatif pada alam bahkan berusaha mengembalikan kondisi alam seperti semula. Kesadaran bahwa manusia harus hidup dalam suatu harmoni dengan alam sekitar ini lah yang akhir-akhir ini disebut sebagai usaha untuk membuat lingkungan hidup manusia berkelanjutan. Yang dengan demikian juga membuat kehidupan manusia berkelanjutan. Namun usaha ini diperlukan langkah-langkah yang sistematis, terencana dan berlanjut baik secara ekonomi, sosial, politik, pendidikan, dan seluruh sendi kehidupan manusia agar tercapainya suatu kehidupan yang terus berlanjut ke generasi berikutnya.

  1. Latar Belakang Permasalahan

Tuntutan kebutuhan hidup manusia yang terus meningkat membuat manusia berusaha menempuh segala cara demi tercapainya kesejahteraan dan kemakmuran tanpa mempertimbangkan kemampuan alam memperbaharui diri dan tanpa mempertimbangkan keberlanjutan kehidupan manusia itu sendiri.

  1. Tujuan

Membangun kesadaran akan pentingnya hidup secara harmonis dengan alam sekitar dan pentingnya tercapai suatu kualitas kehidupan manusia yang baik dan lestari melalui gerakan – gerakan sederhana yang dimulai dari lingkungan sekitar.

  • Pembahasan
  1. Definisi
  1. Hidup berkelanjutan atau sustainable living dapat didefinisikan sebagai suatu gaya hidup perorangan atau masyarakat yang berusaha untuk mengurangi pemakaian sumber daya manusia dan atau sumber daya alam baik yang terbaharukan ( renewability ) maupun yang tidak terbaharukan ( stock resources ).
  2. Pembangunan berkelanjutan atau sustainable development adalah proses pembangunan (lahan, kota, bisnis, masyarakat, dsb) yang merupakan suatu proses pembangunan yang secara berkelanjutan mengoptimalkan manfaat dari sumber alam dan sumberdaya dengan cara menyerasikan dan menyelaraskan aktivitas manusia sesuai dengan kemampuan sumber alam yang tersedia. Aktivitas manusia yang menyesuaikan kepada alam, bukan alam yang dipaksa untuk menyesuaikan kepada manusia.
  3. Kota Berkelanjutan Sebuah kota yang berkelanjutan, atau eko-kota (eco-city) adalah kota yang dirancang dengan mempertimbangkan dampak lingkungan, dihuni oleh orang yang berdedikasi untuk meminimalisasi input seperti kebutuhan energi, air dan makanan, sedangkan output-nya berupa limbah, panas, polusi udara – CO2, metana, dan polusi air. Dalam buku Ecocity — Bekeley — tahun 1987, karya Richard, muncul istilah pertama mengenai “ecocity“, yang secara harfiah berarti, “membangun kota untuk masa depan yang sehat”.
  4. “ Green “ sebagai istilah yang berkenaan dengan paham lingkungan yang telah ada sejak awal tahun 1970 ( Oxford English Dictionary ). Awal tahun 1990, referensi ke “green architecutre” dan “green building label” muncul di London dan istilaah ini mulai dipopulerkan.
  5. Bangunan Hijau dapat didefinisikan sebagai bangunan yang dirancang, dibangun dan dioperasikan dengan meminimalkan dampak lingkungan pada lingkungan sekitarnya ( Wikipedia Indonesia ).
  6. Rumah adalah sebagai wadah kehidupan manusia selalu mengalami proses dalam pembangunannya yang berawal dari inisiatif sampai terwujudnya rumah sebagai tempat tinggal. Pembangunan rumah melalui proses yang tidak sederhana, berdifat khas dan unik untuk menjadikan bermakna bagi penghuninya.
  7. Rumah sehat sebagai tempat tinggal yang memenuhi ketetapan atau ketentuan teknis kesehatan yang wahib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni rumah dari bahaya atau gangguan kesehatan, sehingga memungkinkan penghuni memperoleh derajat kesehatan yang optimal ( Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Republik Indonesia 2002 ).
  8. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan yang dilengkapi dengan prasaranan dan sarana lingkungan diperuntukan bagi masyarakat penghuninya ( Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Republik Indonesia 2002 ).
  9. Utilitas Bangunan, suatu sarana penunjang untuk pelayanan bangunan, berupa jaringan air bersih, pembuangan sampah, jaringan listrik, jaringan telepon, jaringan gas ( Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Republik Indonesia 2002 ).
  1. Studi kasus Kota Karlshruhe di Jerman sebagai salah satu contoh kota yang cukup berhasil menerapkan sistem perkotaan berkelanjutan.
  2. Studi kasus kawasan pemukiman Smiley West – Karlshuhe , Jerman.
  3. Studi Kasus kawasan pemukiman di Indonesia pada umumnya.
  4. Prinsip dasar gaya hidup berbasis ekologis :
  • Re-use

Re-use adalah kegiatan memanfaatkan kembali barang-barang yang sudah ada.  Re-use dimaksudkan untuk mengurangi pemborosan material dan finansial, yang berujung pada pemborosan sumber daya alam.

  • Reduce

Reduce adalah kegiatan mengurangi penggunaan barang-barang yang berasal dari sumber daya alam yang tak terbarukan dan yang sampahnya dapat mengakibatkan dampak buruk bagi ekosistem.  Langkah lebih jauh dari Reduce adalah Refuse, yaitu penolakan penggunaan barang-barang yang berasal dari sumber daya alam tak terbarukan dan yang sampahnya dapat menimbulkan dampak negatif bagi ekosistem.

  • Recycle

Recycle adalah kegiatan mengubah sampah menjadi sumber daya yang bernilai.  Langkah lebih jauh dari Recycle adalah Repair, yaitu kegiatan memperbaiki barang-barang yang rusak sehingga dapat digunakan kembali sesuai fungsinya.

  • Recover

Recover adalah kegiatan menjaga sumber daya alam, terutama sumber daya yang tak terbarukan, dengan tujuan menjaga keseimbangan ekosistem.

  • Reforest

Reforest adalah kegiatan penghijauan.  Secara harfiah Reforest berarti membangun kembali hutan yang sudah rusak (reboisasi).  Tujuan Reforest adalah membangun kembali paru-paru bumi (hutan) yang sudah begitu berkurang jumlahnya.  Skala kecil dari Reforest adalah mengusahakan penghijauan lingkungan dan menghidupkan kembali area hijau kota.

  1. Gaya hidup ekologis (eco-life style) yang berbasis pada pengetahuan degradasi materi.  Dengan mengetahui dan memahami degradasi materi maka diharapkan timbulnya kearifan untuk memanfaatkan kembali, mengurangi dan men-daur barang-barang yang berdekatan dengan kehidupan sehari-hari.

Daftar degradasi materi :

No. Materi rentang waktu
1 Botol kaca 1 juta tahun
2 Tanah pertanian beberapa abad
3 Plastik keras (tutup botol) 400 tahun
4 Kaleng alumunium 150-200 tahun
5 CF2Cl2 di atmosfer 120 tahun
6 Plastik ringan (botol) 100 tahun
7 CO2 di atmosfer 100 tahun
8 C2F2Cl3 di atmosfer 90 tahun
9 CFCl3 di atmosfer 70 tahun
10 Kulit samak up to 50 tahun
11 Limbah alami hutan 50-300 tahun
12 Kaleng timah 50-100 tahun
13 Karet sol sepatu 50-80 tahun
14 Limbah bangunan 50-75 tahun
15 Limbah ikan paus 50 tahun
16 Nylon fabric 30-40 tahun
17 Limbah manusia 30 tahun
18 Tabung plastik wadah film 20-30 tahun
19 Alat berat 15 tahun
20 Kantong plastik 10-20 tahun
21 CH4 di atmosfer 10 tahun
22 H2O di atmosfer 7 tahun
23 Limbah penangkapan ikan 5-10 tahun
24 Karton lapis plastik 5 tahun
25 Kertas bungkus lapis plastik 5 tahun
26 Kulit jeruk & pisang 2-5 tahun
27 Kaus kaki wool 1-5 tahun
28 Filter rokok 1-5 tahun
29 Bahan katun 5 bulan
30 CO di atmosfer 3 bulan
31 Karton lapis lilin 3 bulan
32 Kardus 2 bulan
33 Biji apel 2-Jan bulan
34 Kertas 3-Jan bulan
35 Kertas toilet 4-Feb minggu
36 Limbah kayu 6 minggu
37 O3 pada permukaan tanah beberapa jam
38 O3 di stratosfer beberapa jam

 

  1. Solusi desain rumah tinggal.

Hal-hal mendasar yang dapat menjadi pertimbangan di dalam mendesain rumah tinggal berbasis ekologis :

  • Prioritas penggunaan bahan bangunan yang memiliki dampak ekologis terkecil, meski hal ini menuntut nilai yang semakin tinggi di dalam aspek keteknikan (engineering values). Misalnya perbandingan kayu, baja konvensional dan baja ringan.  Baja ringan tidak memiliki dampak bagi kondisi hutan kayu keras (pohon-pohon dapat terus menjalankan fungsinya sebagai paru-paru bumi).  Volume logam yang terkandung di dalam baja ringan tidak sebanyak baja konvensional, sehingga volume pemakaian material pembuat (baja) dapat ditekan.  Namun desain struktur baja ringan jauh lebih rumit dibandingkan dengan kayu dan baja konvensional sehingga membutuhkan penanganan keteknikan tingkat lanjut.
  • Prioritas pemanfaatan sumber daya alami : pencahayaan alami dan pengudaraan alami. Luas ‘masuk cahaya’ untuk jendela ideal adalah 1/9 luas lantai ruang.  Luas lubang udara ideal adalah 1/5 luas jendela.  Mengusahakan sistem pencahayaan alami dapat mengurangi penggunaan pencahayaan buatan yang bergantung pada listrik domestik.  Mengusahakan sistem pengudaraan alami dapat mengurangi penggunaan listrik domestik karena pemakaian pengkondisi udara buatan (AC) dapat dihindarkan.
  • Memberikan porsi ideal bagi ruang terbuka hijau di dalam tapak yang akan dibangun. Kondisi ideal luas dasar lantai bangunan adalah 60% dari luas lahan yang dimililki.
  • Menghindari dominasi perkerasan ruang-ruang terbuka. Dominasi perkerasan pada ruang-ruang terbuka dapat memperkecil daya serap air pada muka tanah dan memperkecil area hidup dan berkembang bagi unsur hara tanah dan ragam hayati.
  • Menentukan sumur-sumur resapan dan biopori untuk membantu tanah untuk memperbesar daya serap air, sehingga sirkulasi air secara global tidak terganggu atau terhenti.
  • Mendesain sistem pengelolaan limbah agar sedapat mungkin mengurangi sumbangan bagi penumpukan sampah kota. Baik menjadi pertimbangan untuk memanfaatkan sampah, seperti misal sampah organik yang dapat digunakan dalam biopori yang dapat meningkatkan unsur hara tanah.

Hal-hal lanjut yang dapat menjadi pertimbangan di dalam mendesain rumah tinggal berbasis ekologis :

  • Perbaikan lingkungan hidup sekitar rumah tinggal, seperti melakukan penanaman pohon di area-area hijau lingkungan.
  • Mengusahakan penggunaan sumber daya alam terbarukan dan memiliki kemungkinan diusahakan secara domestik seperti solar cell, kincir angin dan kincir air.

Aspek arsitektur di dalam mendesain rumah tinggal berbasis ekologis :

  • Mengusahakan sebisa mungkin penggunaan sistem pengudaraan dan pencahayaan alami. Bila bentang bangunan terlalu panjang dan menyebabkan sirkulasi udara alami tidak dapat bekerja dengan baik, maka dapat diusahakan berbagai alternatif solusi.

 

  • Mengusahakan lebih banyak ruang yang memungkinkan bagi tumbuh dan berkembangnya ragam hayati. Salah satu contohnya adalah dengan mengangkat badan bangunan dengan sistem panggung.  Ruang terbuka alami di bawah panggung dapat menjadi area tumbuh dan berkembangnya ragam hayati.

Sistem hunian-jalur hijau & pedestrian, jalan lingkungan

Sistem vegetasi konvensional

Sistem vegetasi tingkat lanjut

  • Menghindari generalisasi kondisi tapak. Tidak semua lokasi dapat diterapkan sistem bangunan panggung.  Kondisi lokasi yang berkontur curam dapat mengalami longsor atau runtuh bila terkena pembebanan terpusat.

Sistem bangunan panggung di lahan berkontur curam

Pengelolaan lahan berkontur curam dengan cut & fill

 oleh:

Dinar Ari Wijayanti, ST.Ars

Nuggi Nugroho, ST.Ars

 

 

 

 

 

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *