KOMKEP KEUSKUPAN PALANGKA RAYA, BLUSUKAN BERSAMA YESUS

Siang itu panas terik. Matahari bersinar dengan garangnya. Sementara kami harus berjalan seorang diri, mengenakan pakaian sangat sederhana, tidak membawa uang sepeser pun dan tidak membawa alat komunikasi apapun selama kurang lebih dua jam di bawah teriknya mentari.

Siang itu kami mendapatkan kejutan special dari Rm Penta, Pr, yang mengajak kami untuk “blusukan bersama Yesus” Berjalan ke mana Yesus membawa kaki kami melangkah. Pada kesempatan Organization Development Leadership di Ampah kali ini, anggota tim Komisi Kepemudaan Palangkaraya diajak berperegrinasi.

Peregrinasi adalah perjalanan menemukan kepingan-kepingan cinta Tuhan, sapaan-sapaan-Nya bagi kita yang hadir di setiap wajah orang yang kita jumpai selama perjalanan. Melalui peregrinasi kami belajar melihat dan menemukan melalui perjumpaan dengan orang-orang dan dari apa yang mereka lakukan. Pesan utamanya mengamati kegiatan ‘mengikat atau membungkus’ maka kami berjalan kaki hingga menuju pasar tradisional Ampah. Berikut kisah singkat di balik momen ‘mengikat dan membungkus’ :

  1. Ellen

Ellen mengamati penjual nasi padang yang sedang membungkus pesanan dan menerka bahwa pedagang nasi padang tersebut adalah seorang perantau. Hal yang menarik baginya dengan melihat peristiwa ini, Ellen menyadari ternyata diri sendiri kurang berani untuk keluar dari zona nyaman. Di luar sana ada begitu banyak peluang untuk mengais rezeki jika kita berani berusaha. Namun, ditengah peristiwa itu juga ada keprihatinan yang ditangkap yaitu masih ada orang yang belum berani berusaha sendiri, pesimis, dan kurang bekerja keras. Padahal, hal-hal besar dimulai dari hal-hal kecil.

Sebagai OMK, menurut Ellen, yang sedang meniti karir sebagai entrepreneurship ini, Ia perlu menanamkan prinsip untuk berani memulai dan mempersiapkan masa depan lebih baik lagi, berani belajar untuk semakin baik, berani bersabar karena segala sesuatu tidak instan, perlu proses dan usaha.

  1. Reni

Reni sangat anti terhadap wangi durian, namun justru hal yang menarik dan berkesan berkaitan dengan mengikat dan membungkus yaitu melihat penjual durian sedang mengikat dan membungkus durian. Dengan mengabaikan itu semua ternyata Ia menemukan nilai yang baik yaitu bahwa saat kenyamanan dan kebebasan memanjakan dirinya dengan keadaan yang nyaman sehingga Ia cenderung memilih menghindari masalah. Namun, ketika kondisi terpaksa dan tidak ada pilihan lain maka muncullah usaha untuk berdamai dengan diri sendiri dan berusaha untuk menghadapi serta menyelesaikan permasalahan itu. Seperti terpaksa akrab dengan wangi durian itu. Selain itu Ia juga melihat penjual gorengan dan seorang anak yang memilih gorengan. Peristiwa itu berbicara bahwa kadang dalam memutuskan hal harus melihat pendapat dari orang-orang terdekat. Menurutnya kita harus berlapang dada ketika keputusan itu berbeda dengan keputusan bersama. Pada saat itu, Reni yang bekerja sebagai karyawan Keuskupan Palangkaraya ini bertemu dengan tukang parkir berkulit hitam yang tersenyum yang disangka orang gila ternyata normal; belakangan diketahui bahwa tukang parker ini adalah salah satu umat di paroki Ampah. Dari situ Ia belajar untuk tidak melihat orang dari penampilan luar saja dan seperti tukang parkir tersebut, meskipun sebagai orang kecil dan di tengah suasana panas terik ia tetap tersenyum, sebaiknya kita juga memberikan berkat kecil kepada sesama walaupun diri kita sendiri sedang susah.

Dengan melihat segala hal tersebut, Reni bertekad untuk mempersiapkan masa depannya  dengan lebih baik yaitu mendisiplinkan diri dalam waktu, komitmen dan keputusan dan bagi  sesama dengan bersedia menyediakan diri untuk mendengarkan cerita orang lain.

  1. Nanda

Nanda mengamati penjual batagor, melihat pedagang tersebut sedang membungkus dagangannya. Penjual batagor itu seorang perantau yang memperistri penduduk lokal. Mereka bertekad memiliki toko sendiri dan istrinya berniat untuk menjadi distributor beras dari hasil padi yang mereka tanam. Berkaitan dengan diri sendiri, Nanda yang saat ini bekerja di salah satu perusahaan kosmetik ingin memulai suatu usaha kecil, namun masih kurang komitmen, kurang konsisten dan labil dalam mengambil keputusan. Semoga di saat ini yang sedang berproses bisa selalu berkomitmen dengan apa yang dipilih. Pada saat itu juga, Nanda prihatin ketika melihat seorang pengemis, yang tidak ada usaha untuk bekerja keras dengan mengembangkan segala bakat dan kemampuan yang dimilikinya.

Untuk mempersiapkan masa depannya, Ia mulai berani komitmen, tidak mengulur-ulur waktu, tidak mudah mendengar omongan orang lain yang negatif dan tidak mudah tepengaruh hal-hal yang negative.

  1. Nickjer

Peristiwa yang diamati adalah membungkus telor dan ayam. Nickjer mengamati bahwa pedagang telor dan ayam tersebut adalah pedagang kecil yang merupakan penduduk local dan pedagang besar adalah masyarakat pendatang. Selain itu juga, ia mengamati tukang sampah. Nickjer melihat bahwa tukang sampah tersebut mampu membungkus sampah dengan tetap bercanda tertawa, walaupun dekat dengan sesuatu yang kotor yang dapat menjadi sumber penyakit. Menurutnya, para tukang sampah ini berani keluar dari titik amannya karena berani berdekatan langsung dengan sesuatu yang dianggap sampah oleh orang lain, tetapi menjadi sumber rezeki bagi mereka. Dalam mempersiapkan masa depan, Nickjer yang mencoba memulai usaha sebagai wirausaha ini lebih berusaha untuk merubah pola pikirnya yaitu selalu  berpikiran positif, setelah sebelumnya sering negatif.

Dalam pengamatannya realitas masyarakat yang dihadapi yaitu mayoritas masyarakat berprofesi sebagai pedagang tetapi yang memegang perekonomian adalah masyarakat pendatang. Harapannya semoga para penduduk local tidak kehilangan pekerjaan di tempat asalnya dan dapat menjadi tuan di atas tanahnya sendiri.

  1. Ina

Bagi Ina, hal yang menarik dan berkesan justru adalah selama melakukan perjalanan karena selama ini sudang tidak pernah lagi berjalan kaki dengan jarak lumayan jauh. Dalam permenungannya  Ina merasa belum menghadapi dunia sesungguhnya, saat ini masih berjuang menyelesaikan tugas akhir. Seperti dengan berjalan kaki sendiri ini, ia merasa harus mengandalkan kekuatan sendiri untuk masa depannya dan harus bisa mengambil keputusan yang cepat dan tepat sehingga tidak merugikan orang banyak. Selain itu, ia masih berharap dipimpin orang lain, belum berani dan merasa belum mampu menjadi seorang pemimpin. Ina berharap sebagai orang muda dan berkaitan dengan disiplin ilmu yang ditempuh sebagai seorang pendidik, ia optimis untuk bisa melanjutkan sekolahnya lagi dan tidak menjadi seorang yang pesimis.

  1. Lusia

Lusia terkesan dengan pedagang yang membungkus minyak goreng, membungkus parutan kelapa dan kopi sachet. Ia menemukan bahwa ibarat plastik gula yang membungkus minyak goreng itu adalah kita manusia, minyak goreng tersebut adalah rahmat dari Allah dan pedagang yang membungkus adalah Allah Bapa. Ia merefleksikan bahwa kita diberikan takaran/berkat yang sama dengan semua orang dari Allah Bapa. Proses tarik-tarikan supaya bungkusan itu terikat adalah proses yang harus dilalui untuk menerima berkat, sebaiknya kita terima dan alami, namun seringkali kita menolaknya karena takut atau merasa tidak mengenakkan. Kemudian, momen membungkus kopi sachet ke kantongan plastik, ibarat kita manusia yang berada dalam genggaman tangan Tuhan. Tuhan yang selalu memegang kita, kita aman berada dalam tanganNya. Namun, sering kali kita kuatir akan hidup kita ke depan padahal Tuhan sendiri yang menjaga kita. Selain itu, momen kelapa parut yang dibungkus di plastik-plastik mengibaratkan kita sendiri yang terbungkus di dalamnya. Menurutnya, kita adalah bungkusan terbaik dari Tuhan maka sudah seharusnyalah kita memberikan yang terbaik juga buat sesama. Berjalan kaki ini mengingatkan Lusia dengan rutinitasnya setiap hari yaitu berjalan kaki menuju kampus di perantauan. Baginya masa depan seperti peregrinasi yang dialami kali ini, kita tidak selalu tahu dengan pasti apa yang akan terjadi di depan, tetapi ia tetap percaya bahwa masa depan akan indah dan mimpi-mimpi akan tercapai.

  1. David

Hal yang menarik  dan berkesan bagi David yaitu melihat pedagang mengikat payung dan membungkus bubur ayam. Kegiatan yang dilakukan para pedagang seolah berbicara mengenai diriku yang sering berbicara tidak jelas, sering menunda, meremehkan sesuatu. Pada saat ini David sedang sibuk menyelesaikan skripsinya dan melaksanakan tugas PPLnya, namun sering merasa jenuh dalam kuliah dan merasa bertanggung jawab untuk membantu orang tua. Dengan mengamati apa yang dilakukan para pedagang tersebut, ia tergerak untuk menghilangkan sifat keras kepala dan menang sendiri, ia ingin segera menyelesaikan kuliah dan mencari pekerjaan, serta bercita-cita ingin membahagiakan orang tua. Berdasarkan pengamatannya, masyarakat sekitar terlalu sibuk dengan kegiatan masing-masing dan kurang peduli terhadap sesamanya. Sebagai orang muda, sebaiknya menjadi pribadi yang lebih peka dan peduli terhaap lingkungan dan sesama.

Ternyata banyak hal menarik dan berkesan bagi diri kami masing-masing terutama lewat kegiatan ‘mengikat atau membungkus’. Dari hal yang sangat sederhana dan seringkali terabaikan, namun jika hal tersebut diamati dan direfleksikan lebih dalam ternyata mampu memberikan makna tersendiri bagi kami masing-masing pribadi. Dengan melihat dari kacamata yang berbeda, namun mampu membuat kami lebih bersyukur akan hidup yang telah kami terima dan juga memberi semangat kami untuk lebih memperjuangkan masa depan kami, baik sebagai OMK, pelajar maupun pekerja. Blusukan bersama Yesus membuat kami yakin bahwa Yesus sendirilah yang menuntun dan memimpin perjalanan kami menemukan setiap nilai yang bermanfaat bagi hidup kami. Semoga… Tuhan memberkati..

odkomkep-lusiadewi-

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *