Orang Muda Katolik Keuskupan Palangka Raya Berbela Rasa di Tengah Kepungan Asap
Lebih dari 3 bulan Kota Palangka Raya pada khususnya dan Provinsi Kalimantan Tengah pada umumnya diselimuti asap. Situasi seperti ini tentu saja sangat tidak nyaman dan merugikan baik secara materiil-fisik maupun kejiwaan. Bayangkan saja orang harus hidup di udara yang menurut berbagai macam lembaga kesehatan baik nasional maupun internasional sangat amat berbahaya sekali. Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) yang harusnya di bawah 200, sering kali didapati terukur lebih dari sepuluh kali lipat; bahkan pernah menembus angka 3.000. Anda bisa membayangkan???? Dan itu sudah dan sedang dialami oleh penduduk Kota Palangka Raya maupun Kalimantan Tengah hampir 3 bulan ini, sejak akhir bulan Juli 2015.
Kami tidak ingin terjebak dalam wacana saling menyalahkan dan mencari siapa penyebab kebakaran lahan dan hutan. Situasi saat ini menuntut tindakan konkret (emergency respond) dan nyata atas dasar kemanusiaan. Dari situlah Komisi Kepemudaan Keuskupan Palangka Raya tergerak untuk membantu meringankan beban penderitaan korban kabut asap. Kami punya hati dan kehendak baik. Berdasar itulah kemudian Komisi Kepemudaan Keuskupan Palangka Raya mencoba menggalang donasi dalam bentuk : dana, masker, obat-obatan dan tabung oksigen. Kami tidak menduga ternyata sambutan dari orang-orang yang berkehendak baik begitu luar biasa, dari Medan, Jakarta, Bandung, Bogor, Yogyakarta, Jember, Boyolali dan kota-kota lain di Indonesia bahkan dari Singapura dan Perth, Australia; juga dari pembaca salah satu koran nasional, beberapa tarekat religius dan lembaga-lembaga sosial maupun pendidikan. Komisi Kepemudaan Keuskupan Palangka Raya juga bekerja sama dengan Karitas Keuskupan Palangka Raya untuk mendatangkan masker dan beberapa keperluan lainnya dari Karitas Indonesia.
Pada tanggal 12-18 Oktober ribuan masker N95 didistribusikan ke paroki-paroki di Keuskupan Palangka Raya dari Puruk cahu sampai Sukamara, kebetulan para pastor sedang mengikuti RAKER tahunan di Keuskupan. Bantuan terus berdatangan. Sepuluh ribu masker tipe surgical mask kami distribusikan ke masyarakat umum di daerah jalan Tjilik Riwut Km 1, Jalan Yos Sudarso, Jalan Galaxy dan Jalan Seth Aji pada tanggal 17 Oktober 2015 dibantu rekan-rekan Orang Muda Katolik Paroki Katedral. Di lapangan kami menjumpai berbagai macam masalah baru yang memerlukan penanganan lebih lanjut, misalnya anak-anak yang terserang penyakit pernafasan, penderita asma yang kambuh dan sebagainya. Beberapa laporan seputar itu kami terima dua minggu terakhir ini,
Komisi Kepemudaan Keuskupan juga bekerja sama dengan JPIC SVD untuk mendistribusikan masker ke daerah Sampit, Barito Timur dan Barito Selatan. Situasi yang kami jumpai di lapangan membuat kami mencoba mengadakan kamar singgah dengan mencari tabung oksigen ke Banjarmasin dan mengkontak teman-teman, donatur di pulau jawa. Dana yang kami peroleh dari para donatur kami gunakan untuk membeli ribuan tabung oksigen ukuran private. Syukur pada Allah, selama menunggu proses pengirimannya, kami mendapat bantuan 300 tabung oksigen dari pembaca KOMPAS. Tabung-tabung oksigen ukuran kecil itu kami distribusikan kepada mereka yang membutuhkan dengan prioritas anak-anak dan penderita asma, ibu hamil dan lansia melalui data yang kami peroleh dari paroki.
Selama proses pendistribusian tabung oksigen kami menjumpai puluhan keluarga mengungsi atau mengungsikan anak-anaknya entah ke Kabupaten Kapuas, Provinsi Banjarmasin dan keluar pulau Kalimantan. Saat ini Komisi Kepemudaan Keuskupan Palangka Raya menyediakan 3 kamar singgah bagi mereka yang membutuhkan udara segar dari tabung oksigen dengan fasilitas 6 tempat tidur di kamar ber AC. Rekan-rekan Orang Muda berjaga bergantian setiap dua jam sekali. Kamar singgah dibuka dari jam 08.00 sampai dengan jam 17.00 karena keterbatasan tenaga, untuk situasi darurat kami bisa dihubungi. Disediakan juga 1 unit mobil ambulance untuk berjaga-jaga apabila ada keadaan darurat.
Karena bantuan masker terus berdatangan, selain berjaga di kamar singgah tim relawan KOMKEP Palangka Raya juga masih mendistribusikan masker. Kemarin tanggal 27 Oktober kami mendistribusikan 2.000 masker standar di simpang Katedral dibantu anak-anak seminari dan beberapa OMK Katedral dan ratusan masker N95 ke daerah Pangkoh, Kecamatan Tumbang Jutuh, Kasongan dan PIR BUTONG, Barito Utara.
Masalah yang kami hadapi antara lain, dana ada tetapi untuk mendapatkan barang sulit. Uang harus kami transfer ke Jakarta (Komisi Kepemudaan KWI) kemudian teman-teman di Jakarta yang mencarikan tabung, kalaupun ada harganya jauh lebih mahal dan harus memesan dahulu; kalaupun ada teman-teman di Jakarta mengalami kesulitan untuk mengirimkan barang ke palangka Raya. Pertama karena berbahaya kedua memang beberapa hari tidak ada penerbangan sama sekalii di bandara udara Tjilik riwut. Akan memerlukan waktu sepuluhan hari apabila barang dikirim melalui ekspedisi kapal. Namun kami tidak menyerah…alternatif lain barang dikirim melalui Banajrmasin kemudian dilanjutkan pengirimannya melalui jalan darat ke Palangka Raya. Itupun juga tidak mudah. Perjalanan dari Banjarmasin ke Palangka Raya yang biasanya bisa ditempuh dalam waktu 4 jam, karena kabut asap bisa melebihi 8 hingga 11 jam.
Kendala lain : beberapa anggota tim relawan terserang penyakit tenggorokan, pusing kepala dan perih di mata. Mereka harus beristirahat beberapa hari, bahkan ada juga yang ikut mengungsi atau mengungsikan anggota keluarganya ke daerah-daerah yang udaranya lebih bersih; meskipun demikain mereka saling menyemangati untuk tidak menyerah. Kita berdoa agar segera turun hujan dan kesembuhan bagi mereka yang terserang penyakit.
Kami juga berharap sebagai sebuah paguyuban umat beriman, Gereja harus lebih berusaha keras bertindak untuk mewujudkan keberpihakanNya kepada orang-orang yang menderita, opton for the poor tidak hanya berwacana. Doakan kami dan terima kasih kami ucapkan sedalam-dalamnya kepada siapa saja yang telah berkehendak baik memberikan bantuan untuk meringankan beban saudara-saudara kita yang menderita.