Tiga Jalan Kemuridan: Menyangkal Diri, Memanggul Salib dan Mengikuti Aku.

Injil : Matius 16: 21-27

Makna Kekristenan

Saya pernah bertanya pada diri sendiri dan ditanya oleh orang lain, “Apa maksudnya menjadi orang Kristen? Apa artinya menjadi pengikut Kristus? Pertanyaan ini sering kali membawa saya pada ketercengangan. Sering kali dengan bangga saya mengaku sebagai pengikut Kristus tetapi ternyata ketika dihadapkan pada pertanyaan yang membutuhkan jawaban serius tentang iman, saya menemukan dengan malu-malu bahwa sebagai pengikut Kristus saya belum sungguh-sungguh berpegang teguh pada Yesus Kristus, hidup dan ajaran-ajaranNYa. Lalu, bagaimana seharusnya menjadi orang Kristen itu?

Pertanyaan eksistensial itu membawa saya pada sebuah permenungan iman yang tak kunjung henti. Sementara ini, bagi saya menjadi Kristen mestinya menjadikan seseorang itu berbeda, memiliki nilai lebih, mempunyai keunggulan dalam hal keutamaan, mutu dan nilai. Pernyataan ini mau mengungkapkan bahwa ada sesuatu yang sangat berbeda dalam cara hidup pengikut Kristus. Perbedaan inilah yang harusnya menjadikan hidup orang Kristen sebagai berkat, cermin kebenaran dan pengharapan bagi orang lain. Menjadi Kristen berarti menjadikan hidup sebagai wahana yang luas bagi orang yang kita layani dan jumpai menemukan kelegaan atas segala kerumitan hidup yang mereka hadapi. Menjadi Kristen terutama adalah menunjukkan bahwa hidup kita ini bermakna. Hidup kita terarah pada janji keselamatan Allah. Kendati mengalami segala hal yang tidak masuk akal, penyangkalan diri, penderitaan, dan memanggul salib, hidup tetap memiliki makna. Sekarang mungkin kita belum bisa membuat kesimpulan tentang hidup kita, tetapi kita memiliki harapan bahwa suatu hari nanti apa yang kita alami dan hayati akan menemukan maknanya.

Tantangan Kekristenan

“Apa gunanya bagi seseorang jika ia memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya?”, Sabda tuhan. Keinginan untuk memperoleh seluruh dunia direpresentasikan dengan tepat oleh perlombaan manusia akan pencapaian kekuasaan, pemuasan ketamakan dan kerakusan, dan arogansi otonomi sekular manusia jaman ini dengan segala variannya. Maka ia akan kehilangan nyawanya, roh kekristenannya. Segi-segi spiritualitas dan kedewasaan manusia dimatikan. Dengan demikian orang kehilangan nyawa sebelum waktunya.

Maka, penyangkalan diri, memanggul salib dan mengikuti Kristus menjadi semakin bermakana manakala kita hidup di tengah dunia yang mulai “kehilangan” masa depannya karena pengagung-agungan manusia akan kekuatan dirinya. Oleh karena itu, sebagai pengikut Kristus kita dipanggil untuk menjadi suatu tanda harapan, baik sebagai komunitas maupun individu.  Kita perlu menyadari bahwa tiga jalan kemuridan ini harus terus-menerus bergema. Tiga jalan kemuridan ini secara konkret menuntut suatu pilihan yang berani dan bebas. Rasa takut menghalangi kita, orang kristen, dalam menikmati kebebasan dan keberanian mewujudkan imannya. Keberanian dan kebebasan dapat membuat orang kehilangan segala sesuatu yang pernah dimilikinya. Keberanian dan kebebasan menuntut kita melepas apa yang menurut kita baik demi sesuatu yang lebih baik lagi. Keberanian dan kebebasan menjadi pengikut Kristus melalui pilihan tiga jalan kemuridan mengandaikan orang tahu tentang resiko dan konsekuensi yang akan dihadapi. Tidak ada pilihan tanpa konsekuensi, bahkan ketika kita memilih untuk tidak memilih. Dan…bukankah hidup itu dibangun atas dasar pilihan-pilihan. Amin tuhan memberkati.

 Oleh: R.P. Andreas Tri Adi Kurniawan, MSF

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *