Sejarah Paroki St. Matius Kuala Kapuas

  1. Sejarah Singkat Terbentuknya Paroki

Walaupun letak Kuala Kapuas tidak jauh dari Banjarmasin, namun dalam kronik Keuskupan Banjarmasin dan kualakapuasdalam surat-surat lain nama Kuala Kapuas hampir tidak disebut. Menurut Buku Baptis di Banjarmasin, tahun 1930 dan th. 1945 hanya ada 2 anak yang telah dibaptis secara Katolik di Kuala Kapuas oleh P. M. Cloudemans dan Mgr. J. Kusters.  Dalam sejarah Keuskupan Banjarmasin baru menyebut Kuala Kapuas pada awal perang dunia II, karena pada tanggal 10 Februari 1942 Mgr. Kusters, P. Schoone, para bruder dan para suster atas perintah walikota Banjarmasin tiba di Kuala Kapuas dan pada tgl. 12 Februari dengan perahu besar rombongan lari ke Jawa. Baru setelah perang dunia II usai, hubungan antara Banjarmasin – Kuala Kapuas berangsur-angsur baik.

Pada tanggal 19 Mei 1934, seorang pemuda bernama Hendrik Timang yang lahir di kampung Barimba Kuala Kapuas di baptis, yang kemudian ditahbiskan menjadi imam oleh Mgr. J. Groen, tanggal 1 April 1951. Tak lama kemudian pada tanggal 22 Februari 1952 stasi ini didirikan dan Pastor Timang menjadi Pastornya yang pertama. Pastor Timang hanya bertahan sampai dengan tahun 1954 dalam melayani umat stasi ini. Setelah itu umat stasi ini (beberapa keluarga Katolik tinggal di Kuala Kapuas) dilayani oleh Pastor dari Paroki Katedral Banjarmasin. Pelan-pelan  mulai ada keluarga-keluarga menjadi Katolik. Baru pada tahun 1975 Kapuas ditetapkan sebagai Paroki dengan Pastor parokinya P. Wiegers MSF. Setelah ditetapkan menjadi Paroki, perkembangan umat cukup menggembirakan. Telah ada 20 pastor berkarya di paroki ini diantaranya P. Marian Wiza MSF yang sekarang  menjabat sebagai Pastor Paroki dan P. Ambrosius Darmasuwarna, MSF bersama P. Pius Geroda Isohone MSF sebagai Pastor Kapelan.

  1. Wilayah, Jumlah Umat, Stasi dan Tempat Ibadat

Mulai tahun 2002, Kabupaten Kapuas dimekarkan menjadi 2 (dua) kabupaten yaitu Kabupaten Kapuas Lama dan Pulang Pisau. Dampak dari pemekaran tersebut adalah paroki administratif Kristus Raja – Maliku yang dulu berada dalam satu kabupaten dengan Paroki St. Matius, kini berada dalam wilayah kabupaten baru Pulang Pisau. Paroki St. Matius sendiri meliputi 6 kecamatan yaitu kecamatan Selat, Kapuas Hulu, Kapuas Hilir, Kapuas Timur, Kapuas Barat, Kapuas Kuala, Kapuas Murung, Basarang, Pulau Petak,  Kapuas Tengah, Mantangai. Awal tahun 2003 jumlah umat paroki ini 708 jiwa yang tersebar di lingkungan paroki kota dan di 15 stasi dengan jumlah gereja induk 1 buah dan kapel/gereja stasi 9 buah.

  1. Karya Pastoral dan Petugas Pastoral

Karya Pastoral paroki ini diantaranya Pelajaran Agama Katolik untuk calon Baptis, persiapan Krisma, Pendalaman iman, Pembinaan kaum muda, Sekolah Minggu dll.  Dalam menjalankan karya pastoral tersebut Pastor dibantu para suster SPC, 2 orang Katekis/guru Agama baik yang dihonor oleh Keuskupan dan 9 orang yang berstatus Pegawai Negeri. Dalam karya Pastoral Paroki ini juga dijumpai adanya hambatan-hambatan diantaranya terbatasnya tenaga pastoral dan biaya karya yang dirasakan mahal. Umat di stasi masih terbatas kemampuannya dibidang tugas/karya yang hendak diwujudkan gereja, misalnya dalam hal Liturgi, pewartaan dll.

Kehadiran sekolah katolik milik tarekat SPC cukup membawa pengaruh juga dalam karya dan kegiatan umat. Keterlibatan umat terlebih yang tinggal di kota nampak cukup besar dalam hal kerjasama dan keikutsertaannya dalam mengembangkan/ membangun paroki ini.

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *