Bhumiksara Youth Leadership Development : Menjadi Pribadi Yang Sukses

Dua hari yang lalu tepatnya pada Hari Sabtu, Minggu, 5-6 Maret 2016 bertepat di Civita Youth Camp, Ciputat, Tangerang Selatan diselenggarakan mini ret-ret oleh Pengurus Yayasan Bhumiksara. Acara ini ditujukan bagi para alumni Bhumiksara 2005 (AlBhum2005) yang saat ini sebagian besar telah bergulat dalam dunia kerja. Ada 100 alumni Bhumiksara yang tersebar di seluruh Indonesia, namun pada kesempatan ini hanya diikuti oleh 9 orang saja yang saat ini bertempat tinggal di Jakarta dan Bandung; yaitu Pandu, Teguh, Benny, Yayan, Noel, Leo, Lusia, Tuti dan Angel.

Ret-ret ini dibimbing oleh Rm Odemus Bei Witono, SJ selaku direktur Civita dan selama 2 hari tersebut beliau mengajak kami untuk berproses bersama mengenai bagaimana menjadi pribadi yang sukses; bagaimana menjadi seorang professional muda Katolik yang sukses. Pak Eddie Cahyono, selaku ketua pengurus Yayasan Bhumiksara yang menggagas kegiatan ini bermaksud agar para alumni Bhumiksara yang telah bergelut di dunia kerja tidak hanya memiliki kemampuan cognitive saja, tetapi juga memiliki kemampuan afektif dalam bekerja dan meniti karier masing-masing serta memiliki behaviour kepemimpinan Kristiani seperti Yesus sang pemimpin sejati.

Sabtu, 5 Maret 2016

Acara diawali dengan makan siang bersama. Makan siang diselingi juga dengan canda tawa dan sharing aktivitas selama ini karena kami telah cukup lama tidak berkumpul. Setelah makan siang, kami memulai materi. Rm Bei mengajak kami untuk keluar ruangan dan melihat-lihat di sekitar Civita serta mengingat-ingat benda apa yang paling berkesan pada saat sekolah dulu. Ada yang berkesan dengan batu kerikil karena memberi sugesti yang baik, pohon cemara karena mengingatkan suasana kehangatan Natal dan ketangguhannya menghadapi berbagai musim serta tanaman yang berbagai macam jenisnya dan  mengingatkan kehangatan keluarga, juga kolam ikan yang memberikan kesan tenang dan damai. Kemudian kami diajak mengamati bunga anggrek, ternyata beliau melihat keluarga yang merawat anggrek tersebut sebelum dijual dan melihat Tuhan dalam anggrek tersebut. Rm mengajak kami untuk menyadari bahwa segala sesuatu yang ada di bumi ini, segala sesuatu yang kita miliki adalah milik Tuhan, manusia hanya diberikan kewenangan untuk mengembangkannya.

Materi pada hari pertama ini seputar harapan, tekad, upaya dan tanggung jawab. Bagaimana kita membangun harapan yang baik sebagai penuntun langkah kita dalam kehidupan ini. Memiliki tekad yang kuat untuk mewujudkan harapan tersebut agar tidak hanya sekedar menjadi angan-angan kosong. Kita juga perlu berupaya mewujudkan harapan tersebut menjadi kenyataan dan berusaha meningkatkan kapasitas diri kita. Tanggung jawab diperlukan agar setiap harapan dan tekad kita sungguh-sungguh dapat kita upayakan agar sesuai dengan arah tujuan yang menjadi focus kita.

Setelah makan malam, kami diajak untuk merenungkan bacaan mengenai ‘penghakiman terakhir’ dan  sudahkah kami melakukan seperti isi bacaan tersebut? Ternyata banyak dari kami yang belum sepenuhnya melaksanakan isi kitab suci tersebut. Kami masih berfikir bahwa memberi itu perlu dilihat terlebih dahulu alasannya, ditujukan kepada siapa dan apa manfaatnya serta kami masih memberi dari kelebihan materi yang kami miliki. Ternyata Yesus mengajarkan kami untuk memberi dari segala kekurangan dan memberi dengan ikhlas tanpa pamrih, tanpa menuntut balasan yang sama.

Hari telah larut malam, namun kami diajak untuk melakukan jalan salib secara berkelompok. Merenungkan perjalanan sengsara Yesus dengan membawa segala pergumulan hidup kami di dalam doa jalan salib ini. Setiap kelompok menentukan sendiri bagaimana salib yang akan dibawa dan memilih sendiri rute via dolorosa-nya tentu saja masih berada di dalam lingkungan Civita. Kelompok kami yang terdiri dari Pandu, Yayan dan Lusia memilih ember berisikan air untuk dijadikan salib kami, kami mengganggap bahwa ember berisi air ini adalah diri kami masing-masing yang dibekali Tuhan dengan segala kemampuan dan berkat melimpah. Kelompok lain yaitu Teguh, Tuti dan Angel menjadikan backpacknya sebagai salib karena itulah yang harus dipikul sehari-hari, terutama dalam bekerja. Kelompok terakhir yaitu Noel, Leo dan Benny menjadikan uang rupiah sebagai salib karena selama ini masih mengejar materi sebagai tujuan hidup dan juga membawa kitab suci sebagai penuntun langkah dan lambang penebusan dosa.

Yang menarik dari jalan salib kali ini, selain kami melakukannya pada saat tengah malam, di setiap perhentian kami juga mengisinya dengan sharing dalam kelompok kecil kami. Tidak ada batas dalam berbagi, kami membagi suka duka kami satu sama lain. Berkat sharing dari teman-teman, kami masing-masing dikuatkan dan diteguhkan serta memiliki harapan dan semangat baru dalam menjalani aktivitas kami selanjutnya. Akhirnya perziarahan ini, kami tutup dengan menyerahkan segalanya kepada Bunda Maria sebelum kami melanjutkan istirahat. Doa pribadi kami panjatkan kepada Bunda Maria di Gua Maria Rosa Mystica. Kami percaya Bunda Maria memegang tangan kami dan menyertai tiap langkah kami dalam memikul salib kami sehari-hari.

Minggu, 6 Maret 2016

Hari Minggu pagi, diawali dengan mendoakan Mazmur 139 : 1-18 secara pribadi. Doa kepada Allah yang Mahatau ini menjadi pembuka dan sekaligus menjadi sumber kekuatan kami dalam beraktivitas sepanjang hari nanti. Dengan mazmur tersebut kami disadarkan bahwa Tuhan adalah Allah yang Mahatahu, bahkan mengetahui segala sesuatu tentang diri kita sebelum kita ada. Tuhan telah menetapkan rancangan yang baik dan mempersiapkan kita menjadi pribadi yang sukses. Meskipun perjuangan kita jatuh bangun, Allah yang Mahatahu selalu menjaga dan menuntun langkah kita.

Materi hari ini yaitu mengenai bagaimana menjadi pribadi yang sukses. Seringkali kita berfikir bahwa sukses adalah sebuah tujuan, sehingga ukuran kesuksesan adalah seberapa banyak materi yang kita punya. Rm Bei mengingatkan bahwa sesungguhnya kesuksesan adalah jalan yang terbuka untuk mencapai tujuan. Kesuksesan adalah perjalanan itu sendiri dan ukurannya adalah kualitas perjalanannya. Kesuksesan dimulai ketika kita mampu menjadi pribadi yang baik dan benar, baik menurut etika dan benar menurut hukum dan moralitas. Seperti Yesus yang merupakan pribadi pemimpin yang sukses, Ia mengetahui tujuan hidupnya, mengembangkan kemampuan maksimal dan menabur benih yang juga menguntungkan orang lain.

Pribadi pemimpin yang sukses adalah ketika kita mampu membantu orang lain meraih kesuksesan seperti yang kita alami. Serupa dengan pelayanan yang bertujuan untuk membantu orang lain mencapai tujuannya, berarti menjadi pemimpin yang sukses adalah ketika kita mampu menjadi pelayan bagi orang lain. Bagi kami para alumni Bhumiksara, menjadi sukses itu sendiri adalah berarti mampu menjadi garam dan terang dunia di tengah masyarakat yang majemuk ini, seperti arti kata Bhumiksara itu sendiri yaitu garam dunia.

Tak terasa dua hari telah berlalu, akhirnya kami menutup ret-ret ini dengan misa perutusan yang dipimpin langsung oleh Rm Bei sendiri. Dalam khotbahnya beliau berpesan, agar ret-ret ini menjadi bekal bagi kami; apa yang telah diterima semoga menjadi dasar pijakan dalam berdiri dan melangkah. Meskipun dalam perjalanan hidup akan banyak ditemui percikan kecil, kami tetap harus berjuang agar apa yang kami lakukan dapat memberikan impact bagi sesama dan lingkungan kami.

Tentunya banyak pengalaman yang berkesan selama ret-ret ini. Banyak pengalaman menarik yang dialami Rm Bei yang dsampaikan kepada kami. Beberapa teman pun merasa bahwa pendasaran biblis yang diberikan Rm Bei sangat aktual, kami harus kembali membolak-balik lembaran kitab suci karena selama ini jarang membuka Kitab Suci secara langsung, hanya membuka dari kitab suci elektronik. Pengalaman doa jalan salib yang memakan waktu cukup lama pun, tidak membuat kami lelah dan mengeluh, justru semakin diperkaya dengan banyak pengalaman yang meneguhkan.

Kami berfikir bahwa kegiatan ini sangat penting dan memberi manfaat yang positif, seperti me-recharge kembali energy kami yang telah tersedot akibat rutinitas pekerjaan. Seperti gelas yang kosong, kami telah terisi penuh kembali dan siap membagikan segala hal baik yang telah diterima. Kami berencana melanjutkan kegiatan semacam ini lagi, terutama untuk para alumni Bhumiksara yang belum sempat mengikuti kegiatan ini pada hari-hari kemarin dan juga kepada adik-adik kami; penerima beasiswa Pemapan (Pemimpin Masa Depan) yang akan memasuki dunia kerja.

Pada akhirnya, kami harus kembali ke tempat tugas masing-masing dan melanjutkan perziarahan kami. Semoga Yesus Yang Mahatahu dan Bunda Maria selalu menuntun langkah kami. Selamat berkarya bagi kita semua.. Tuhan memberkati.. J

-lusiadewi-

AlBhum2005

Komdik Palangkaraya

Note :

Yayasan Bhumiksara berdiri sejak tahun 1988, memiliki visi secara khusus menjadi organisasi yang menghasilkan kader bangsa yang berintegritas, cakap, profesional, dan tanggap terhadap yang terpinggirkan.

Alumni Bhumiksara 2005 adalah para penerima program beasiswa Bhumiksara angkatan tahun 2005, berjumlah 100 orang yang berasal dari berbagai macam Keuskupan (Komisi Pendidikan) dan menempuh perkuliahan di Universitas Negeri di seluruh Indonesia.

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *