Temu anak asrama se-Dekanat Barito, Keuskupan Palangka Raya

 

Pada tgl 19-WP_20141219_002 copy21 Desember 2014 telah dilaksanakan acara “Temu Anak    Asrama se-Dekanat Barito”, Keuskupan Palangka Raya. Acara  dilaksanakan di Aula Magna, kompleks Keuskupan. Hadir sebanyak 132  orang anak yang berasal dari 5 asrama: Puruk Cahu, Muara Teweh,  Tamiang Layang, Ampah dan Buntok serta para pendamping masing-  masing. Semula, panitia penyelenggara  merencanakan acara Temu Anak  Asrama tersebut adalah untuk anak-anak asrama di seluruh wilayah Keuskupan; namun mengingat keterbatasan tempat untuk menginap dan kemampuan untuk mengakomodir semua kegiatan yang melibatkan 400 org anak, akhirnya pelaksanaan kegiatan dibagi dalam dua tahap. Tahap pertama untuk asrama se-Dekanat Barito dan tahap ke-2 untuk asrama Dekanat Palangka Raya, Kotawaringin Timur, Kotawaringin Barat dan Nangabulik. Untuk tahap ke-2 pelaksanaanya, direncanakan pada liburan semester genap 2015. Ini merupakan Temu Anak Asrama yang pertama kali diadakan di Keuskupan Palangka Raya.

Acara yang berlangsung pada tanggal 19-21 Desember 2014 tersebut, pada pkl. 16.30 WIB diawali dengan Perayaan Ekaristi  yang dipimpin oleh Bapa Uskup, Mgr. AM. Sutrisnaatmaka, MSF dan didampingi oleh Moderator Pembina asrama, Rm. I Ketut Adi Hardana, MSF. Dalam kotbahnya, Bapa Uskup mensharingkan pengalamannya hidup sebagai anak asrama ketika menempuh pendidikan di Seminari Mertoyudan dan di Seminari Tinggi, Kentungan. Disampaikan, bahwa pembinaan di asrama itu membawa dampak yang luar biasa dalam hidup di kemudian hari. Kedisiplinan, rasa tanggungjawab, pengembangan berbagai macam bakat, sopan santun serta kehidupan rohani adalah sejumlah hal membanggakan yang diperoleh selama pendidikan di asrama. Karena itu, Bapa Uskup menghimbau anak-anak asrama agar bersemangat dalam mengikuti semua kegiatan dan program yang sudah ditetapkan di asrama masing-masing.

Seluruh kegiatan dirancang secara komprehensif. Selain sesi informasi berupa masukan dari sejumlah nara sumber, baik yang mengupas masalah dunia remaja dengan segala permasalahannya, seperti seks bebas, narkoba dan HIV/AIDS; juga diberikan masukan tentang jati diri remaja Kristiani yang dipanggil oleh Allah untuk menjadi semakin serupa dengan-Nya. Karena itu, sesi pembekalan rohani berupa doa, ekaristi dan meditasi dimasukan sebagai bagian penting dalam keseluruhan acara pembinaan ini. Selanjutnya, mengingat bahwa masa remaja adalah masa transisi, dimana anak-anak belum menemukan arah yang jelas dalam hidup dan belum sungguh termotivasi dalam mempersiapkan masa depan, maka sesi membangun motivasi berupa penyadaran akan segala talenta yang diberikan Tuhan dan komitmen untuk membangun motivasi dalam meraih cita-cita menjadi sesi masukan terakhir.

Pada malam terakhir, diadakan pentas seni. Semua “kontingen” asrama menampilkan kebolehan masing-masing. Ada yang menampilkan tarian daerah, tarian modern, drama dan pantun mimik. Melalui acara ini, anak-anak ditantang untuk mengembangkan dan melatih bakat-bakat seni yang sudah ada didalam diri mereka masing-masing. Konsep pendidikan yang bersifat integral, yang dikembangkan di asrama-asrama telah menjadi daya dorong dan daya pikat bagi anak-anak untuk tinggal di asrama. Tatkala pendidikan yang dikembangkan selama ini hanya lebih fokus kepada segi kognitif dengan melupakan segi-segi lain, seperti: emosional, kerohanian, hubungan sosial-kemanusiaan, maka asrama telah tampil sebagai “medium” pendidikan alternatif yang menawarkan pola pendidikan yang bersifat komprehensif.

Acara Temu Anak Asrama diakhiri dengan Perayaan Ekaristi penutup yang dipimpin o leh Vikjen, Rm Subandi, Pr dan dilanjutkan dengan sesi foto dan makan bersama. Pada Pk. 14. 30 WIB seluruh “kontingen” asrama sudah meninggalkan kompleks Keuskupan untuk kembali ke tempat masing-masing.

(Rm. I. Ketut Adi Hardana, MSF).

 

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *