Sejarah Singkat Paroki St. Gabriel Pulang Pisau

  1. Sejarah Singkat Terbentuknya Paroki

Sebelum th. 1980 ada beberapa keluarga Katolik tinggal di Mantaren – Pulang Pisau. Reksa Pastoral dilayani oleh pastor-pasgereja-pulang-pisautor dari Kuala Kapuas. Sekitar tahun 1980 dibuka daerah transmigrasi di wilayah Pangkoh. Para warga trans tersebut ada beberapa KK yang beragama Katolik. Mereka mendapat kunjungan Pastor sebulan sekali dari Kuala Kapuas. Empat (4) tahun kemudian ada beberapa orang dewasa (Pangkoh IV A & IX) dibaptis dan menjadi keluarga Katolik. Sangat dirasakan perkembangan umat yang begitu positif, maka pada tahun 1987 dibentuklah Paroki Administratif Kristus Raja yang berpusat di Maliku, dengan pelayanan pastoral masih dari paroki Kuala Kapuas.

  1. Wilayah, Jumlah Umat, Stasi dan Tempat Ibadat

Dengan dimekarkannya kabupaten Kapuas menjadi 2 (dua) kabupaten; kabupaten Kapuas Lama dan kabupaten Pulang Pisau pada tahun 2002, maka sejak itu pula Paroki Kristus Raja Maliku  masuk dalam wilayah kabupaten baru Pulang Pisau. Paroki Kristus Raja Maliku, meliputi 1 kecamatan saja yaitu kecamatan Pandih Batu, dengan jumlah umat 339 jiwa yang tersebar di pusat paroki dan di 16 stasi dan jumlah gereja 9 buah.

  1. Karya Pastoral dan Tenaga Pastoral

Karya pastoral di paroki ini diantaranya pendalaman iman, pelajaran katekumen, persiapan krisma berjalan seperti biasa dan disiapkan oleh para suster AK yang berdomisili di Pangkoh dan 1 orang katekis honorer berkoordinasi dengan Pastor paroki yang berdomisili di Kuala Kapuas.  Bila dilihat dari perkembangan jumlah umat, maka kelihatan cenderung menurun walaupun tiap tahun ada baptisan. Salah satu penyebabnya adalah para warga trans. pindah ke kota atau kembali ke Jawa. Ada juga beberapa umat yang masuk agama Islam. Penambahan umat praktis dari baptisan anak-anak keluarga katolik, yang umumnya keluarga muda.

Keadaan ekonomi umat memprihatinkan. Sedikit saja keluarga Katolik di wilayah ini yang secara ekonomis disebut cukup. Mata pencaharian mereka sebagian besar sebagai petani. Namun hasil dari pertanian mereka kurang berhasil. Yang memberi harapan saat ini adalah  kehadiran Gereja bisa diterima di lingkungan umat lain, sehingga memungkinkan untuk berbagai macam karya.

 

 

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *