Ciri-ciri Umum Keuskupan Palangka Raya.

  1. GEOGRAFIS DAN IKLIM

Geografis

      Propinsi Kalimantan Tengah yang adalah juga wilayah karya Keuskupan Palangka Raya, terbentang  dari pegunungan Muller dan Schwaner di bagian utara dan berakhir di sebelah selatan laut Jawa dengan luas area 153.564 km2 dan terletak di daerah Katulistiwa, yaitu : 045’  Lintang Utara – 3o 30’ Lintang Selatan 1110  –  1160 Bujur Timur. Batas wilayah Propinsi Kalimantan Tengah pada;

  • Sebelah Timur, berbatasan dengan Propinsi Daerah Tingkat I Kalimatan Timur dan Propinsi Kalimantan selatan.
  • Sebelah Barat, berbatasan dengan Propinsi Daerah Tingkat I Kalimantan Barat.
  • Sebelah Utara, berbatasan dengan Propinsi Daerah Tingkat I Kalimantan Barat dan Propinsi Kalimantan Timur.
  • Sebelah Selatan, berbatasan dengan Laut Jawa.

Iklim

      Kalimantan Tengah merupakan daerah beriklim tropis yang panas dan lembab dengan suhu udara pada siang hari rata-rata 330C dan temperatur tertinggi mencapai 360C sedangkan pada malam hari mengalami kelembaban udara.

 PEMERINTAHAN DAN AREA

Pemerintahan

Propinsi Kalimantan Tengah secara administrasi Pemerintahan terbagi menjadi  2 Daerah Pemerintah Kota, 11 Kabupaten Daerah Tingkat II, dan lebih dari 89 Daerah Kecamatan.

  1. Pemerintah Kota Palangka Raya dengan ibukota Palangka Raya;
  2. Kabupaten Pulang Pisau dengan ibukota Pulang Pisau;
  3. Kabupaten Kapuas dengan ibukota Kapuas;
  4. Kabupaten Gunung Mas dengan ibukota Kuala Kurun;
  5. Kabupaten Katingan dengan ibukota Kasongan;
  6. Pemerintah kota Kotawaringin Timur dengan ibukota Sampit;
  7. Kabupaten Kotawaringin Barat dengan ibukota Pangkalan Bun;
  8. Kabupaten Lamandau dengan ibukota Nanga Bulik;
  9. Kabupaten Sukamara dengan ibukota Sukamara;
  10. Kabupaten Barito Selatan dengan ibukota Buntok;
  11. Kabupaten Barito Timur dengan ibukota Tamiang Layang;
  12. Kabupaten Barito Utara dengan ibukota Muara Teweh;
  13. Kabupaten Murung Raya dengan ibukota Puruk Cahu;

 Area

      Propinsi Kalimantan Tengah mempunyai luas wilayah 153.564 Km2, 25 %  dari luas wilayah Indonesia. Luas wilayah tersebut terdiri dari :

  • Hutan Belantara          :  200 Km2  (82,18 % terhadap luas Kalteng)
  • Rawa-rawa                    :    115 Km2  (11,80 % terhadap luas Kalteng)
  • Sungai, Danau dan Genangan air lainnya        :     4.563 Km2  (2,97 % terhadap luas Kalteng)
  • Pertanahan lainnya    :     486 Km2  (3,08 % terhadap luas Kalteng)

      Potensi alam yang paling besar dan luas di daerah propinsi Kalimantan Tengah adalah sektor kehutanan yakni 13.637.429 Ha. Telah dimanfaatkan oleh sejumlah HPH (Hak Pengusaha Hutan), dengan luas areal 12.023.000 Ha. Sedangkan sisanya dikelola Departemen Kehutanan sebagai kawasan suaka margasatwa dll.

 3. EKONOMI

      Struktur ekonomi di Propinsi Kalimantan Tengah pada umumnya, masih didominasi oleh sektor pertanian/agrikultur dengan pola kerja tradisional. Masya-rakat Kalimantan Tengah umumnya, memperoleh penghasilan  untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan bekerja pada sektor agrikultur termasuk sektor kehutanan, pertanian, perikanan, kurang lebih 69 %. Selebihnya bekerja dalam sektor jasa, pertambangan industri, perdagangan, pegawai dll.

      Dari sektor ekonomi, hasil yang paling diandalkan Propinsi Kalimantan Tengah adalah hasil hutan berupa kayu khususnya  kayu rotan, jelutung, tengkawang, damar. Selain itu masih ada juga hasil-hasil lainnya seperti karet, batubara, kepalangkarayarajinan tangan dll. Komoditi yang kebanyakan dari hasil-hasil pertanian dan perikanan dibawa ke pasar melalui sungai dengan menggunakan motor boat (longboat atau kelotok). Bagi penduduk yang tinggal di daerah-daerah terpencil, untuk memenuhui kebutuhan ekonominya, mereka masih bergantung pada sumber-sumber alam (hasil hutan).

Dengan lancarnya laju aktivitas pertumbuhan sektor ekonomi di Kalimantan Tengah, membuat prospek yang baik di masa depan bagi propinsi ini. Ini dimungkinkan dengan daerahnya yang begitu luas sehingga dapat digunakan untuk memperkokoh minat investor pada sektor pertanian, kehutanan bahkan tambang batu baranya.

 4. TOPOGRAFI

      Wilayah Kalimantan Tengah terdiri atas daerah pantai dan rawa-rawa serta dengan ketinggian 0 – 50 m dari permukaan laut, dan kemiringan  0 % – 8 %,  daerah perbukitan dengan ketinggian 50 – 100 m dan ketinggian  rata-rata 25 %. Daerah pantai dan rawa terdapat di wilayah Bagian Selatan, sedangkan dataran dan perbukitan berada di wilayah Bagian Tengah. Sedangkan bagian Utara terdapat pegunungan Muller dan Schwaner  yang membentang dari Barat ke Timur. Hampir seluruh wilayah Kalimantan Tengah dialiri sungai besar dan kecil yang mengalir dari Utara ke Selatan dengan bermuara di Laut Jawa, juga merupakan hidrologi sebagai potensi alam yang dapat dikembangkan untuk berbagai keperluan.

Nama-nama sungai di  Kalimantan Tengah menurut panjang dan lebarnya.

                                                            Panjang (Km):             lebar(M):

  • Sungai Jelai                              200                               100
  • Sungai Arut                              250                                100
  • Sungai Lamandau                  300                                200
  • Sungai Kumai                          175                                 300
  • Sungai Seruyan                       350                                300
  • Sungai Mentaya                     400                                 400
  • Sungai Katingan                    650                                 300
  • Sungai Sebangau                   200                                 100
  • Sungai Kahayan                    600                                  500
  • Sungai Kapuas                       600                                 500
  • Sungai Barito                         900                                 650

  1. PENDUDUK DAN PEMELUK AGAMA

      Penduduk asli Kalimantan Tengah adalah Suku Dayak. Para Antropologi percaya bahwa suku ini adalah group yang paling dahulu datang dari Yunan di Cina Selatan  selama pendudukan Glasial. Selain itu datang juga Group  yang bernama Negito dan Weddid, tetapi group ini tidak terlalu lama tinggal di Kalimantan Tengah. Kemudian datang group yang lebih besar yaitu group Proto Melayu dan group ini sekarang yang dipercaya sebagai nenek moyangnya suku Dayak. Sebelum abad ke 15, dipercaya bahwa tidak ada group lain selain orang yang datang dan tinggal di daerah ini selain Dayak. Group inilah yang kebanyakan tinggal di pingir sungai besar dan kecil. Suku Dayak terdiri dari Dayak Ngaju, Dayak Maanyan, Dayak Out Danum dan ada beberapa kelompok lagi, namun diperkirakan jumlahnya lebih kecil yaitu Dayak Lawangan, Taboyan, Dusun Siang, Boyan, Bantian, Dohoi dan Kodorin.

      Penduduk Kalimantan Tengah sekarang ini tidak hanya suku Dayak saja, melainkan juga ada suku lain yang datang dari pulau lain negeri ini, seperti dari Sulawesi, Sumatera, Jawa, Madura dan juga dari bagian pulau ini, seperti dari Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur. Suku-suku ini datang sebagai transmigran sekitar 60 %, sedangkan sisanya karena berniaga dan pegawai pemerintah.

Penduduk Kalimantan Tengah berdasarkan Regristasi pada awal tahun 2003 berjumlah 1.828.022 jiwa, dengan laju pertumbuhan penduduk 2 – 5 % pertahun dan kepadatan rata-rata 12 jiwa/km. Dari jumlah penduduk tersebut, pemeluk agama Islam sebesar 69,8%; pemeluk agama Kristen Protestan 14,41 %; pemeluk agama Katolik 2,8 %;  Hindu 11,3 %; Budha 0,3%. Data jumlah pemeluk agama ini berdasarkan statistik Kalimantan Tengah th. 2001/2002. Perkembangan jumlah penduduk pemeluk agama katolik, 5 tahun terakhir 7,2 %

 KEBUDAYAAN DAYAK

  1. Gambaran Singkat situasi kebudayaan umum

Adat – istiadat

      Adat adalah suatu kebiasaan turun temurun dalam masyarakat yang berasal dari nenek moyang. Kebiasaan yang turun temurun ini menyangkut segala sesuatu dalam masyarakat seperti kebiasaan berpakaian, sikap dan perilaku, cara-cara menghormati orang tua, cara melakukan upacara perkawinan, melakukan upacara sebelum menanam padi di ladang, sesudah panen, upacara Tiwah. Orang Dayak sangat menjunjung tinggi terhadap nilai adat yang berlaku di lingkungan mereka. Adat bagi orang Dayak Ngaju adalah bentuk-bentuk keluhuran yang bersumber pada kekuatan Ranying Sang Pencipta yang harus dihayati dan diamalkan secara tekun dan teliti dari generasi ke generasi.  Untuk melestarikan adat-adat ini maka orang Dayak Ngaju mempunyai ketua-ketua adat yang disebut Damang. Jabatan ini mendapat tempat cukup terhormat dalam masyarakat Dayak pada umumnya. Damanglah yang bertugas untuk mengendalikan, menjaga serta mempertahankan adat itu dari pelanggaran dan penodaan. Pelanggaran terhadap adat dikenakan sangsi sesuai dengan ketentuan/jalan adat yang berlaku.

  1. Kepercayaan setempat

      Sebagian besar orang Dayak masih menganut kepercayaan asli yaitu Kaharingan. Keluhuran hidup menurut kepercayaan Kaharingan dapat dicapai dengan menjalankan dan mentaati segala jalan adat yang mengandung norma dan kode etik hubungan antar sesama manusia. Upacara-upacara keagamaan dalam Kaharingan merupakan ungkapan dari kepercayaan; sikap dan perilaku mereka dimotivasi oleh keyakinan yang keduanya disebut jalan adat. Menjalankan adat berarti mereka memperoleh jaminan keluhuran hidup, karena adat berasal dari Sang Pencipta yang menurunkan manusia pertama yaitu sepasang insan Tunggul Garing Janjahunan laut (pria) dan Kahukup Bangking Garing (wanita). Dari dua insan inilah diturunkan jalan adat yaitu pandangan hidup leluhur orang Dayak Ngaju secara turun temurun sampai saat ini. Oleh karena itu orang Dayak yakin bahwa keluhuran hidup mereka hanya dapat terjamin karena dan oleh adat.

  1. Proses inkulturasi

      Sejauh ini belum ada tanda-tanda adanya proses inkulturasi. Yang ada terbanyak bersifat adaptasi. Mungkin juga dikarenakan tiadanya sumber-sumber tertulis.

2. Mentalitas 

Agak sulit untuk menyimpulkan mentalitas Dayak – Kalteng hanya dengan satu kalimat saja. Karena itu hanya digambarkan lewat beberapa fenomena berikut ini :

  1. Orang Dayak suka membagi kemujuran atau rejekinya kepada orang lain;
  2. Sikap demokratis sebagai salah satu semangat kehidupan rumah panjang (Betang)[1];
  3. Mempunyai rasa hormat yang tinggi terhadap alam dan lingkungannya;
  4. Bagi orang Dayak musuh yang dikenal hanyalah musuh yang menyerang secara fisik;
  5. Perencanaan untuk hidup masa depan masih sederhana;
  6. Manja pada kekayaan alam;
  7. Suka merendahkan diri, keahlian dan ketrampilan dalam menawarkan jasa kepada orang lain masih terbatas;
  1. Kurang mengenal sistem dagang atau kurang suka berdagang;
  2. Mudah tersinggung dan menghormati tamu secara berlebihan;
  3. Kejujuran dan kepolosan orang Dayak dapat dengan mudah dimanfaatkan orang lain untuk menipu mereka;
  1. Kurang adanya rasa tolong menolong dalam usaha mengangkat derajat hidup sesama sukunya;
  1. Semangat sosial (gotong royong) cukup tinggi.

    2. Pengaruh Modernisasi

      Arus globalisasi informasi dan komunikasi yang dengan cepat masuk sampai ke pedesaan sangat mempengaruhi perilaku orang Dayak. Adegan-adegan kekerasan, pornografi yang ditampilkan dalam tayangan Televisi dan VCD menjadi santapan diwaktu senggang yang menimbulkan masalah baru yaitu masalah kemerosotan moral dan kriminalitas di kalangan orang Dayak yang sebelumnya masalah ini sangat ditabukan. Sebenarnya orang Dayak sendiri belum siap mengkonsumsi arus globalisasi yang satu ini karena yang mereka perlukan dan sangat mendesak saat ini adalah meningkatkan taraf hidup yang rata-rata berada pada garis kemiskinan.

  1. Pengaruh Gereja terhadap kehidupan budaya.

      Khusus di Propinsi Kalimantan Tengah, Gereja Katolik baru masuk sekitar tahun 1950 an. Sedangkan Kristen Protestan sudah terlebih dulu masuk yakni sekitar abad 19. Sudah cukup banyak orang Dayak yang telah memeluk/masuk agama Katolik, namun dalam menghayati imannya, mereka masih belum kuat. Ini dikarenakan salah satu faktornya adalah tenaga pastoral yang melayani dan membina mereka tersebar tidak merata dan jumlahnya sangat kurang. Selain itu masalah budaya juga turut mempengaruhinya. Menjadi Katolik berarti menyerahkan hati sepenuhnya kepada Ajaran Katolik. Dan ini agak sulit bagi mereka. Walaupun mereka sudah memeluk katolik, mereka masih memegang jimat, mistik, dll. Kendati demikian, kehadiran Gereja Katolik sudah mulai membawakan pengaruh terhadap :

  1. Kehidupan perkawinan :

      * kawin “kontrak” lama kelamaan mulai hilang;

      * kawin dengan sepupu juga mulai berkurang;

      * orang mulai melihat nilai-nilai luhur dari perkawinan Gereja.

            Dengan demikian Perkawinan adat tidak lagi ditempatkan sebagai nomor satu.

  1. Peristiwa-peristiwa hidup dan aktivitasnya, seperti kelahiran, menugal dan lain-lain dikaitkan dengan peranan Tuhan, dan ini diwujudkan dalam liturgi-liturgi Gereja.
  2. Penataan kehidupan ekonomi rumah tangga, sudah mulai berpikir untuk meren-canakan sesuatu untuk hidupnya.
  1. PENDIDIKAN

      Sarana/prasarana pendidikan dasar berupa gedung sekolah ada sampai desa tertentu, tetapi kurang terawat. Sedangkan di pemukiman terpencil (pedalaman) masih belum tercapai sehingga apa yang menjadi prasyarat keberhasilan pendidikan belum tercapai, seperti pemerataan, efesiensi, relevansi dan mutu. Jumlah sekolah  dipropinsi Kalimantan Tengah 3.287 buah, dengan jumlah sisiwa/pelajar 305.282 orang dan jumlah guru 18.151orang. Dari jumlah sekolah yang ada 24 buah diantaranya sekolah Katolik, dengan jumlah siswa/pelajar 4.271 orang dan jumlah guru 227 orang. Sedangkan untuk perguruan Tinggi swasta 15 buah, satu diantaranya STIPAS Tahasak Danum Pambelum. Perguruan tinggi negeri  2 buah.

  1. TRANSPORTASI

     Sungai-sungai besar dan kecil sangat penting sebagai jalur transportasi yang menghubungkan dari ibukota propinsi Kalimantan Tengah sampai ke desa jauh ke pedalaman dapat dijangkau. Sungai-sungai tersebut juga memegang peranan sangat penting terhadap kehidupan ekonomi masyarakat yang berada di daerah pedalaman.

      Lima tahun terakhir ini pemerintah daerah telah membangun jalan raya baik yang menghubungkan kabupaten-kabupaten, kecamatan-kecamatan dan desa-desa bahkan dibangun juga prasarana jalan Negara lintas Kalimantan yang akan menghubungkan antar kota dalam propinsi dan menghubungkan keempat propinsi di Kalimantan.

[1]  Rumah panjang (Betang) adalah rumah adat Dayak. Ukuran Bangunan rumah Betang, dengan panjang 30 -50 m tinggi dari tanah 2 – 9 m dengan menggunakan satu  tangga kayu dan hanya satu lantai depan yang berada di depan rumah. Rumah ini ditempati oleh satu group keluarga 100 – 200 orang. Mading-masing keluarga menempati satu kamar.

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *